Selasa, 20 April 2021

Aku, Annimarie Schimmel dan Karya Binhad Nurrohmat


 

Oleh: M Lutfi 

Bermula dari baca-baca artikel tentang Annimare Schimmel, mulai dari kisah pertemuannya dengan Habib Quraisy Baharun (kisah yang cukup populer), tentang karya-karyanya, dan tentang ketertarikannya terhadap Islam dll; berkali-kali saya ketik nama "Annimare Schemel" di google dan di Instagram, semenjak mengetahui namanya. Dari situ saya ketemu sampul buku dengan judul "Nisan Annimare", karya Binhad Nurrahmat. Dari awal membaca judul buku itu, ingatan saya langsung tertuju pada sebuah mqolah, 'kalimat' yang cukup terkenal: الناس نيام إذا ماتوا انتبهوا "Manusia itu tidur, ketika mati baru sadar/bangun." Konon, pesan singkat ini bersumber dari Sayyidina Ali, Khalifah al-rasyidin keempat, yang terkenal dengan kekayaan intelektualnya. Dan perkataan Sayyidina Ali itulah, yang tertera di Nisan Annimare Schemel. Menarik. 

Saat itu saya belum pernah mendengar nama Binhad Nurrahmat, baik sebagai penyair atau sebagai orang yang memiliki hubungan sublim dengan kuburan. Dan berkat bukunya (Nisan Annimare), saya langsung tertarik pada karya-karyanya. Setelah saya telusuri, ternyata tidak hanya di buku ini Binhad Nurrahmat mengangkat tema kuburan dalam tulisan-tulisannya, sebelumnya dia sudah menulis buku dengan judul "Kuburan Imperium". Asli, saya langsung jatuh hati, meksipun pada saat itu saya belum sempat membeli bukunya. Namun, karya Binhad Nurrahmat sudah saya masukkan dalam list nama buku yang harus dibeli. Tentu, buku-buku Annimare Schemel juga merupakan target selanjutnya untuk dibeli, selaku yang telah mengenalkan saya pada buku ini (Nisan Annimare). Salah satu karyanya yang sudah saya masukkan daftar favorit di aplikasi shhope adalah 'Muhammad adalah Utusan Allah' (terjemahan) dan Misteri Angka-angka. 

Sekiann bulan saya masih belum sempat membeli bukunya, dan beberapa hari yang lalu muncul di beranda FB saya, karya terbaru Binhad Nurrahmat, "Tahta Sungkawa". Yang menarik adalah di sampulnya tertera sebuah syiir yang sudah pernah saya dengar sebelumnya: وقبر حرب بمكان قفر وليس قرب قبر حرب قبر "Kubur Harb terletak di tempat terpencil, yang mana tidak ada kuburan lain di dekatnya." Syiir itu saya dengar pertama kali dari Ust Majid ketika saya kursus di Pare Kediri. Saya tercengang, seakan ada chemistry antara saya dengan Annimare Schemel dan buku puisi Binhad Nurrahmat. Tanpa pikir panjang langsung saya putuskan untuk membeli buku ini, "Nisan Annimare". 

Kini buku ini sampai di tangan saya pada 15-04-2021/ ٣-٩-١٤٤٢. Senang sekali rasanya. Setelah membaca satu dua judul puisi, mata saya langsung mengarah pada halaman 142, sebuah puisi dengan judul persis seperti yang di sampul depan buku ini. Ya, tidak salah lagi judulnya adalah "Nisan Annimare", sebuah frasa yang membuat saya memutuskan membaca buku ini.

 Berikut saya kutip puisinya: 

NISANN ANNEMARIE 

Berbisikk riwayat selepas menepi hayat dan ingatan tak lari dari batas biografi. Hidup menyibak pintunya lamat-lamat semenjak maut melengkapi kisah diri.

 Manusia di dunia sejenak tidur belaka dan tersibak mata sejak tiba kematian. Takdir membuat masa depan tak ada setelah semua diguratkan di belakang. 

Perjalanann di dunia seumpama mimpi menempuh serentang ruang dan masa. Seperti Annemarie Schimmel mengerti di relung pusara bermula segala cerita. 

Udaraa tak kentara menjangkau pundak sesamar waktu merayap tanpa terlihat. Sebujur fana manusia sebatas tampak sebelum jala-jala kekal hadir menjerat.

 Lewat kalimat kasat mendiang berucap pada nisan dari masa lalu yang terpahat. Langit bertitah kepada yang kelak lindap sedari hayat di dunia hanya lelap sesaat. (Dikutip dari buku Nisan Annimare) 

Di saat banyak orang abai dengan kematian, padahal maut adalah 'pelengkap atau penyempurna kisah manusia', Binhad Nurrahmat dengan lihai berbicara soal maut dengan bahasa yang amat puitik. Dirinya pun sudah amat akrab dengan kuburan.

"Udara tak kentara menjangkau pundak sesamar waktu merayap tanpa terlihat. Sebujur fana manusia sebatas tampak sebelum jala-jala kekal hadir menjerat." Di bait ini kita bisa melihat bagaimana Binhad menggambarkan suasana alam kubur yang begitu mistik dengan kaliamat yang sublim, tetapi sekaligus mengingatkan kita akan suasana horor alam kubur. 

Depokk, 18 April 2021/ ٦- ٩ ١٤٤٢

Rabu, 17 Februari 2021

Kini Saat Pandemi

Oleh M Lutfi

Kini saat pandemi tak kudapati lagi bunyi kursi-kursi kelas berderit memecah sunyi; tak bisa lagi aku sahut menyahut  berbalas tawa di sela-sela belajar bersama teman-teman


Kini saat pandemi semua menjadi serba sunyi

Masjid-masjid mulai sepi,

Sekolah-sekolah tak boleh dibuat tempat belajar lagi

Tapi pasar masih ramai,

Para elit juga makin gencar memasarkan kata-kata


Sekarang aku hanya punya rindu yang terus berkecamuk meramaikan kalbu.

Seperti kata Candra Malik dalam puisinya,

"Di dalam rindu, bukan tak ada ragu.

Yang kau rasa sepi, sungguhnya ramai."


Ya, kini aku benar-benar ragu, kuatkah aku?

Di masa pandemi menahan sepi

Yang entah kapan wabah ini berhenti; pejabat saja tak mengerti


Kini aku benar-benar berkawan sepi

Bisa mampus aku dikoyak-koyak


Depok, 16 Februari 2021


Minggu, 31 Januari 2021

Aku Tak Bisa Berkata Jujur

Oleh: M Lutfi

Aku tak pernah bisa jujur tentang kata-kata cintaku

“Kau adalah mawar di hatiku” contoh ketidakjujuranku

“Cintaku padamu bak lautan” ketidakjujuran yang sering kuulang

Bagaimana mungkin kata-kata bisa mewakili rasa

Jika ia masih butuh titik dan koma

Cintaku tak mungkin bisa digambarkan

Apalagi dihentikan


Aku ingin berkata jujur

Tapi tentang perasaanku padamu

Bagaimana cara kuungkap

Jika cinta tak bisa dibahasakan


Aku ingin berkata sedikit saja

Bukan saat cintaku bara

Tapi ketika kau butuh jawab dari tanyamu 


Aku ingin diam saja

Tapi khawatir kau tak paham

Bahasa diamku


Pesanku...

Jika suatu saat aku hanya diam 

Berarti aku sedang berkata-kata

Kau tak perlu menjawabnya

Tidak usah juga kau ikut diam 

Cukup kau genggam tanganku


Aku akan berhenti berkata soal cinta

Saat aku sudah menjadi kata-kata terakhirmu


Depok, 22 Januari 2021

Rabu, 30 Desember 2020

Terkabulnya Doa Daun


Oleh: M. Lutfi


Di malam yang sunyi

Ranting-ranting pohon merunduk kesepian; kedinginan

Beberapa daun jatuh: doanya terkabulkan

Dengan lekas bumi memangkunya; mendekapnya

Daun-daun yang sudah rebah tersenyum membuat iri dedaunan yang masih gigil mendekap sepi pada ranting-ranting


Depok, 30 Desember 2020


Sabtu, 21 November 2020

Melodi Cinta

 

cerahnya pagi

bahagianya hati

baca puisi


alunan melodi menghibur telinga

asmara mekar semerbak menjalar

melilit tubuhku dan tubuhmu


hati berbunga 

dibutakan asmara

kita berdua


kita meliak-liuk

merayakan dua hati yang menyatu

sesekali meringkik

kadang meringkuk

kau menunjuk aku mengangguk


jalan ke taman

angin berembus kencang

bergandeng tangan


kau dan aku mencipta dunia baru

dalam angan kita seingin


Depok, 2020




Duri Kehidupan


Oleh: M. Lutfi


Keringat matahari membasahi

sekujur tubuh

Duri kehidupan menggores

ototku, ngilu dirasa

Aku masih berdiri tegak

Melukis jejak


Apa aku harus hibernasi?

Sekadar untuk mengisi nutrisi

Sekadar untuk mengobati otot nyeri


Kuputuskan untuk beranjak

Menyeret kaki yang hampir mati

Semua perih pun nanti  akan mati

Aku berlari penuh percaya diri


Depok, 20 Juli2020

MELUKISMU


Oleh: M. Lutfi


sudah sekian lama jari-jemariku menari

tak kunjung usai melukis rautmu yang begitu puitis. helai demi helai rambutmu mulai tergambar. 


aku tak sabar ingin segera merampungkan seni ini. tapi rasanya tak akan pernah usai, karena persepsiku tentangmu terus berkembang. ada berjuta-juta hal yang harus kuuraikan.


melukismu adalah perjalanan panjang. mungkin aku tak akan pernah bisa menyelesaikannya. hari demi hari rambutmu semakin lebat membuatku harus terus menambah tinta baru sekadar untuk melukisnya, lagi dan lagi.


Depok, 10-09-02-112020

Aku, Annimarie Schimmel dan Karya Binhad Nurrohmat

  Oleh: M Lutfi  Bermula dari baca-baca artikel tentang Annimare Schimmel, mulai dari kisah pertemuannya dengan Habib Quraisy Baharun (ki...