Tampilkan postingan dengan label ONE DAY ONE POST. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ONE DAY ONE POST. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 12 September 2020

Seni Menghargai


 

Assalamualaikum sahabat literasi. Semoga kalian semua baik-baik saja. Salam literasi. Yuk membaca! 

 "life is not what we want but what we have" “Hidup itu bukan apa yang kita ingin tapi apa yang kita punya” ~Dita (teman Soe Hok Gie)

Quote itu aku ambil dari buku yang berjudul SOE HOK GIE CATATAN SEORANG DEMONSTRAN. Mungkin teman-teman sudah tidak asing lagi dengan buku tersebut. Buku yang begitu monomental, sudah dicetak ulang belasan kali. Padahal itu hanya buku yang diambil dari buku diary seorang anak muda yang dicetak beberapa tahun setelah kematian penulisnya. Buku tersebut begitu laris. 

Mungkin tersebut disebabkan karena penulisnya dari semenjak hidupnya sudah memiliki daya tarik yang cukup kuat di kalangan masyarakat. Dikarenakan sifatnya yang idialis, jujur dalam bersikap, kritis, dan ide-idenya yang selalu mementingkan masyarakat bawah. 

Sudah seharusnya buku Catatan Seorang Demonstran menjadi motivasi kepada kita untuk selalu menulis. Walaupun hanya menulis di buku diary. Sudah banyak sekali buku-buku terkenal yang diangkat dari catatan harian penulisnya. Seperti buku Pergolakan Pemikiran Islam yang ditulis oleh Ahmad Wahib, begitu juga dengan buku Catatan Harian Anne Frank dll. 

Di sini aku tidak mau membahas terlalu jauh tentang Soe Hok Gie, maupun isi dari buku tersebut. Akan tetapi, di sini aku akan membahas quote di atas dengan upaya eksplorasi lebih jauh lagi. Sehingga dari quote tersebut bisa melahirkan diskursus-diskursus baru. Quote di atas kalau kita baca memang sangat simpel. Namun menurutku quote di atas adalah merupakan sebuah kesimpulan dari arti kehidupan. 

Walaupun simpel dan singkat, kandungan dari quote di atas menurutku tidak mudah untuk diimplementasikan, untuk dijadikan pegangan hidup. 

Kenapa aku bilang itu sulit? 

          Begini teman-teman sekalian, semua manusia pasti memiliki hajat (kebutuhan) dalam hidupnya. Baik itu kebutuhan primer, seperti udara, air dan makanan dll. Ataupun kebutuhan sekunder, seperti kendaraan, baju bagus dll. 

Manusia cenderung akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Bahkan terkadang akan berupaya untuk mendapatkan lebih dari apa yang dibutuhkan. Itulah yang disebut keinginan. Pada umumnya keinginan manusia pasti lebih banyak dan lebih besar dari kebutuhannya. Hal itu yang menuntut manusia untuk bekerja keras, berlomba-lomba dalam bekerja, berangkat pagi pulang malam dst. 

Hasrat yang berlebihan untuk memiliki sesuatu itu disebut rakus. Nah, rakus ini yang seringkali membawa kerusakan dalam kehidupan manusia. Betapa banyak cekcok dalam rumah tangga, bertengkar antar saudara, bahkan pembunuhan yang diakibatkan oleh sifat rakus tersebut. 

Obsesi seseorang terhadap sesuatu seringkali membuatnya lupa bersyukur, tidak menghargai yang ia punya, dan selalu merasa kurang. 

Sebanyak apapun harta seseorang manakala sifat rakus atau dalam Islam disebut thoma' sudah bersemayam dalam hatinya pasti ia tidak akan pernah puas dengan apa yang ia meliki. Sehingga nabi Muhammad Saw bersabda, yang pesan singkatnya ialah bahwa, “ Andai manusia memiliki satu gunung mas maka ia akan berhasrat untuk memiliki gubug yang kedua.” Makanya Islam sangat melarang sifat rakus. 

Di antara bahaya sifat rakus adalah ia menghalangi kebahagiaan. Sangat berbahaya bukan? Sebenarnya masih banyak dampak buruk dari sifat rakus ini. Tapi aku tidak mau membahasnya semua di sini. Boleh teman-teman kalau mau menyebutkannya di kolom komentar hehe. 

Kembali ke quote di atas. Menurutku quota di atas sangat efektif untuk mengobati sifat rakus. Asalkan kita mau merenungkannya dan mau berupaya untuk menyadarkan diri kita sendiri akan kebenaran quota tersebut. 

Kenapa aku bilang itu efektif? 

Karena quota tersebut mengajarkan kita untuk menghargai apa yang kita miliki, dan juga mengajarkan kita untuk tidak terlalu terobsesi dengan keinginan-keinginan kita. Dan pada sejatinya kita hanya bisa menikmati apa yang kita miliki bukan apa yang kita inginkan.Maka sangat disayangkan jika kita tidak bisa menikmatinya hanya karena obsesi kita terhadap ketidak pastian keinginan. 

Buat apa kita bersusah payah untuk mewujudkan keinginan kita, kalau setelah mendapatkannya kita tidak bisa menikmatinya. Sangat ironis. Maka belajar menghargai yang ada jauh lebih penting daripada berjuang mewujudkan yang tiada. Itu menurutku sih hehhe. 

Kenapa tadi aku bilang, asalkan kita merenungkan dan menyadarkan diri? 

Itu karena, sejatinya kebenaran itu tidak akan ada manfaatnya jika kita tidak mau menerimanya. Motivasi hanyalah sekadar kata-kata yang tidak ada efeknya jika kita tidak mau memotivasi diri kita sendiri. Itu sebabnya kita membutuhkan kesadaran akan hal itu. 

Itu aja dulu ya teman-teman dari saya. Jika teman-teman mendapatkan kesimpulan-kesimpulan baru dari quote di atas silahkan komen ya.

#ODOP
#ONEDAYONEPOST

Aku, Annimarie Schimmel dan Karya Binhad Nurrohmat

  Oleh: M Lutfi  Bermula dari baca-baca artikel tentang Annimare Schimmel, mulai dari kisah pertemuannya dengan Habib Quraisy Baharun (ki...