Rabu, 30 September 2020

Karenamu


Bukan hanya hujan diharap oleh tumbuhan. Karena embun pun adalah kebahagiaan


Bukan hanya buah dibutuh oleh pepohonan. Tangkai, bahkan daun, juga merupakan harapan


Bukan hanya temu yang kusyukuri.

Karena jarak juga ada nilai tersendiri

Sebabnyalah rindu terpatri


Temu mencipta rasa 

Pisah mencipta asa

Rindu mencipta syahdu

Jarak mencipta sajak

Dan itu semua berkatmu


~Depok, 26 Mei 2020

Selasa, 29 September 2020

Dusta


Dusta menghancurkan segalanya

terutama dusta dalam masalah rasa


Meski jujur bisa berdampak melukai

masih ada puisi untuk mengobati


Tak ada alasan untuk mendustai

apalagi menipu diri


Yang dirasa itu yang harus dikata

atau derita akan terus melanda


Depok, 16 Agustus 2020


#puisi

#cinta

#romans

#literasi

Senin, 28 September 2020

SEBAIT DOA


di saat siang terang

matahari terbang menjulang

terik menyerang

orang-orang sibuk, lalu-lalang 

mengais rezeki


aku hanya berbaring di kamar

di hadapanku buku-buku usang

pikiranku melayang

terngiang-ngiang masa depan


kucatat sebait doa

semoga kelak cemerlang

tidak curam dan gersang


27, September 2020


#odop

#puisi

Minggu, 27 September 2020

Puisiku



Oh, kampungku, indah membahana punggungmu. Sudah sekian lama, 

aku duduk di kepalamu

Matamu yang asri membutakan, tanganmu menjerat dan melilit kakiku


Subur tanahmu; luas ladangmu

Tapi sayang, puisiku tak tumbuh di pekaranganmu, aku harus pergi jauh untuk merawat sajakku


Oh, puisiku, di sela-sela kata, malamku bersimpuh, di ujung kalimatnya harapku bersetubuh. Kepada ibu ingin kuhadiahkan puisi.


Oh, Ibuku, dari keringatmu aku tumbuh, 

air matamu tumpah, senyumku rekah

Aku hidup bermandikan peluh

yang menetes dari ujung kerudungmu

Kini, aku sibuk dengan puisi

Bersama aku ingin membawamu pergi

jauh dari kampung halaman


Depok, 29 Juni 2020


Sabtu, 26 September 2020

Sebaik-baik Legacy


 

Hidup adalah pemberian, menjalani hidup adalah pilihan, menciptakan hidup yang berkualitas adalah perjuangan. Jangan hanya hidup dengan kata-kata, tapi berkata-katalah yang membuat hidupmu lebih bersemangat dan bermakna. Jika kamu tak mampu membuat kata-kata penyemangat. Maka buatlah hidupmu bermakna! Sehingga, orang-orang mampu berkata-kata sebab hidupmu. 


Masalah hidup kita itu tanggung jawab Tuhan. Karena, Tuhanlah sang pemberi hidup itu. Hidup adalah nikmat agung yang Tuhan berikan kepada kita semua tanpa kita memintanya. Di mana kita lahir dan di mana kita kembali adalah rahasianya dan keputusanya yang tidak bisa kita rubah dan tidak perlu kita pikirkan.


Namun, yang terpenting dan perlu kita pikirkan adalah kualitas hidup kita. Karena itulah yang bisa kita perjuangkan dan bisa kita ciptakan. Tentu atas perintah dan izin dari-Nya. Bukan bagaimana cara kita lahir, di mana kita lahir dan dari rahim siapa kita dilahirkan. Akan tetapi, bagaimana cara kita hidup dan bagaimana cara kita mati. Itu yang penting. 

Kualitas hidup kita ditentukan dengan cara kita menyikapi hidup dan bagaimana kita menghargai kehidupan. Hidup yang berkualitas adalah hidup yang bukan hanya memikirkan personal pribadi saja tapi juga bagaimana memberi manfaat bagi orang lain. Itu sudah menjadi keharusan bagi seseorang yang menyadari akan fungsinya sebagai makhluk sosial. 


Tak ada yang patut dibanggakan dari hidup ini selain legacy, berupa kebaikan. Yang mana hal itu hanya bisa dihasilkan dengan perjuangan. Dan sebaik-baik legacy adalah yang berumur panjang dan bisa dirasakan oleh semua orang. Carilah hal tersebut dan perjuangkan!

#motivasi
#kehidupan
#odop
#legacy
#artihidup
#quotes

Jumat, 25 September 2020

Hari Rabu



Rabu, kini kaudatang kembali, membawakanku banyak bingkisan, seperti biasanya. 


Rabu, apakah kau anak orang kaya? 

hingga kau kumpulkan barang-barang mewah ini untukku. 

Rabu, apakah kau anak DPR? 

hingga kau izinkan aku, untuk melakukan banyak aktivitas. 

Rabu, apakah kau ingin aku bahagia? 

hingga kau banyak memberikan sesuatu untukku. 


Sayang sekali Rabu, kausalah memberi. 

Jika kauingin aku bahagia, 

kenapa dia yang paling aku harapkan, tidak kau bawakan? 

Kenapa dia yang hampir tiap pekan aku pesan, tidak kau ajak sekarang? 

Padahal jika kau bawakan dia, kau tidak perlu repot-repot membawa ini semua.


~Depok, 10 Juni 2020

Kamis, 24 September 2020

Masih Dalam perjalanan ( sebuah autobiografi)


Pemuda yang bernama lengkap M. Lutfi ini lahir di Sampang, 25 Januari 1999. Dia berasal dari suku Madura asli, sebuah pulau yang terkenal dengan sebutan pulau garam. Ia lahir dari sosok pasangan suami istri yang bernama Moh Thoyyib dan Shofiyah. Kedua orangtuanya bukanlah tergolong orang yang berada, mereka hanyalah seorang petani.


Setelah tamat dari MI, sebuah sekolah di pedesaan yang banyak bertebaran di Madura, setara SD, tapi lebih banyak pelajaran Kitab-kitab klasiknya, ia langsung melanjutkan belajar di pondok pesantren Al Ishlah yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.


Ia juga pernah nyantri di Surabaya, yaitu di Pondok Pesantren Wildanussholihin. Dan  sempat mengajar di pondok cabang pesantren di mana ia pernah belajar. 


Meski terlahir dari keluarga kurang berada Lutfi tidak pesimis soal masalah pendidikan. Lahir di daerah yang mayoritas masyarakatnya tidak open mind terhadap pendidikan formal, termasuk orang tuanya sendiri. Namun karena keinginan tahuannya terhadap banyak ilmu pengetahuan ia sekarang bisa melanjutkan kuliah dengan jalur beasiswa. Sekarang dia sedang menempuh studi S1-nya di Depok. 


Ia tipikal seorang yang suka merenung, dan gemar membaca. Salah satu kesukaannya mendaki gunung. Ia pernah mendaki gunung Merbabu di Jawa tengah dan pernah mendaki gunung Ijen di Banyuwangi. 


Minatnya terhadap dunia kepenulisan baru tumbuh sejak ia menempuh studi S1-nya, dari semester awal buku-buku sudah mulai menarik perhatiannya, sehingga tumbuh keinginan dalam hatinya untuk menulis juga. Dan sekarang ia lagi menekuni belajar menulis puisi di grup Whatsapp dan Telegram. Dia juga gemar menulis quotes, baik di buku diary-nya atau di IG-nya.


Cita-citanya untuk menjadi penulis dan bisa menerbitkan karya solo di bidang Puisi membuatnya tidak lelah-lelah mengikuti berbagai grup kepenulisan.


Beberapa kali ia mencoba mengikuti lomba puisi untuk menguji kualitas karyanya. Beberapa kali gagal. Terakhir lomba yang ia ikuti adalah lomba puisi yang diselenggarakan oleh grup Writerpreneur, dan berhasil masuk 200 nominasi. 


Kegagalan tidak membuatnya kapok untuk terus menguji karyanya. Ia tetap bertekad untuk terus mengikuti lomba-lomba kepenulisan. Yang terpenting baginya adalah terus berkarya dan tidak ada kata berhenti untuk belajar.


Ia termasuk pemuda yang ceria, suka menyendiri dan tidak mudah kesepian, walau dalam kesendirian-nya, mungkin bisa dibilang introver. Ia tidak suka bermusuhan. Mengingat hal-hal kecil yang terjadi dalam hidupnya termasuk keunikan pemuda ini. Bahkan, ia juga masih ingat kejadian-kejadian di masa ia sangat kecil, termasuk tingkah-tinglah konyolnya.


Motto hidupnya adalah, terus belajar, menebar manfaat, jangan pernah menyerah, selalu bahagia di mana saja dan belajarlah ikhlas.


Pemuda yang ramah senyum ini bisa kalian hubungi melalui akun instagramnya, @alfaqir.achmad


#odop

#auotobiografi



Pentingnya Ilmu Parenting

 


Ilmu parenting sudah seharusnya dipelajari oleh semua orang, baik mereka yang sudah menikah atau yang masih nyari-nyari hehhe. 

 Betapa banyak pasangan yang sudah mengucap janji setia sehidup semati. Namun berakhir kandas. Jangankan sampai sehidup semati malah banyak yang hanya berumur seukuran jagung. Tentunya kita tidak mau hal itu terjadi pada diri kita. 

Nyari pasangan yang benar-benar mau diajak serius aja kadang sulit bagi sebagian orang hehhe. Eh, ketika sudah dapat malah disia-siakan. Boro-boro mau membangun keluarga yang sakinah mawadah warohmah, jangankan mau menciptakan baiti jannti ( rumah surgawi di dunia) atau bahasa mudahnya keluarga yang harmonis malah yang ada isinya ribut terus. Bukan baiti jannti yang ada tapi baiti nari ( rumah yang terasa neraka). Yang seperti itu ada loh dan banyak sekali. Ngeri kan hehehe? 

Maka dari itu ilmu parenting penting sekali untuk dipelajari. Jangan beralasan masih jomlo untuk tidak mempelajarinya hehhe. Tentunya gak mau kan setelah nikah eh, ilmu parenting-nya masih nol.

Bukannya setelah nikah sibuk membangun keluarga yang harmonis dan berusaha mengaplikasikan ilmu-ilmu nya ini malah masih sibuk mau belajar dari nol. Kalau seperti itu kapan sakinahnya? Kapan mau punya baiti jannti? Makanya perlu memulainya itu dari sekarang. Hitung-hitung mengisi kegabutan dalam masa kejomloan hehe.

Ok, langsung saja berikut tiga hal penting yang harus diketahui

Menurut Paul C.Glik, terdapat tiga tingkatan peristiwa di dalam kehidupan keluarga antara laki-laki dan perempuan.

 Petama, tingkatan peristiwa kawin (nikah), yaitu periode menikah dengan kelahiran anak yang pertama. Periode ini merupakan periode yang sangat penting, pasangan suami istri itu di sini dituntut saling menyesuaikan diri. Diharapkan akan terjadi semakin saling mencintai antara keduanya. Mereka mengerjakan secara bersama-sama hal-hal menyenangkan. 

Kedua, periode mengasuh dan membesarkan anak. Si Ibu akan terikat kepada tugas mengurus rumah dan suami bertanggung jawab memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Cinta suami dan istri berkembang menjadi cinta ayah dan ibu, dan cinta dari orangtua atas perkembangan anak-anak. Namun, cinta suami istri akan semakin mesra.


Tingkatan ketiga muncul setelah anak-anak tumbuh besar dan dewasa, kemudian menikah dengan pujaannya dan kemudian membentuk rumah tangga sendiri. Pada periode ini suami istri seperti kembali ke masa cinta kasih mesra pertama. Keduanya semakin memiliki banyak waktu untuk bermesraan satu dengan yang lain. Kasih sayang semakin mantap dan penuh kedewasaan dan keromantisan.

Oleh Glik periode ini dinamakan teori family cycle. Menurut pengamatan para peneliti, umumnya keluarga yang diteliti walau sudah berusia senja, tetap memiliki kemesraan dan keharmonisan. Bahkan, keharmonisan itu semakin indah dirasakan baik secara fisik dan kejiwaan. Mereka tetap melakukan hubungan badan sampai tua dengan kenikmatan dan kemesraan seperti masa muda.

#odop
#ilmuparenting
#parenting
#ilmunikah

Rabu, 23 September 2020

Ilalang Bimbang



Terhampar lebar hutan Kalimantan

Semak belukar bercanda riang

Buah Lahung yang sukar ditemukan,

baru membuka matanya, menangis kencang

Menyaksikan kehidupan


Mataku biru menyimpan syahdu 

Aku yang baru melahirkan kisah

tentang kasih

Masih sangat bingung, tentang bagaimana

cara membawa bahtera yang penuh sakinah


Di hatiku belukar kasih sayang

tumbuh subur

Namun, ilalang bimbang juga berkembang,

bergoyang kencang


Aku hanya berharap sang kasih 

Bukan hanya sukar ditemukan

Akan tetapi, juga mustahil dipisahkan

Ah, andai dunia tak ada perselisihan

Mungkin aku tidak sgelisah ini

Sungguh, perpisahan sangat menakutkan


Depok, 2 Juli 2020

Selasa, 22 September 2020

Humanisme



Tiada makna yang mengena

Aku berkelana mengarungi samudera

Menyusun aksara


Para Rahib yang kujumpa 

berkata hal yang sama

"Bahagiakan manusia!"


Oh, bodohnya diri

bertahun-tahun memupuk kesadaran

Namun tak juga sadar

Semua petuah kering 

Makna telah usang. Bahkan, dalam 

kamus tak kutemukan

Ternyata ada yang hilang, kemanusiaan


Tiada lagi aksara

Para pendeta telah pergi membawa kitabnya

Kini aku tak punya siapa-siapa

Para guru telah tiada

Aku hampir menyerah, tapi Tuhan berkata,

"Jangan pasrah!"

"Ke sinilah!"


Depok, 30 Juni 2020

Senin, 21 September 2020

Petaka


Di hatiku api membakar

Arang  itu memenuhi kalbu

Ingin kucampakkan

Namun tak kuasa


Pohon rindang yang sudah lama ditanam

Kini, tumbang roboh ke tanah

Tiada buah-buah ranum  bisa dipetik

Yang tersisa hanya akar di butala gersang


O, bahagia yang kudamba

Kini kau petaka 

O, cinta yang kukejar

Kini kau gusar

O, kasih yang kuincar

Kini kau ambyar

O, hati yang binar

Kini kau nanar


Dan, aku di sini masih saja bodoh


Depok, 9 Juli 2020


#odop

#puisi

Minggu, 20 September 2020

Ruang Imaji Dalam Puisi





 Yuk berpuisi!


Membakar Ampas

Oleh: M. Lutfi


Rintik embun berjatuhan pagi ini

mengoles tebuhku

membasahi hatiku

Semua makhluk riang

Hanya aku yang masih tercengang


Untuk apa aku menyambut embun pagi ini?

Sedangkan setiap saat embunku mengalir

Untuk apa aku menyaksikan mentari pagi(?)

Sedangkan hari ini aku sepi

Yang kucari pun tak  mungkin kudapati

Karena ia sedang tidak di bumi

Ia sibuk dengan mimpi indah

Di planet lain bersama kekasihnya


Kini hari sudah siang

Tetapi aku masih saja malang

Matahari sudah memanas

Aku berusaha membakar ampas

Tapi sulit rasanya untuk bisa menjadi debu

Sebab, ia di hatiku

kecuali hati ini ikut terbakar

Baru semuanya pudar


Hari mulai malam, suasana sudah gelap

Namun, aku masih belum terlelap

Aku mengobati hati yang tertikam sajam


Sudah sekian lama tidurku tak nyenyak

Karena tikaman ini cukup pelik

Aku ingin segera menyudahi ini semua

Meski mungkin, aku tak akan bisa menyaksikan dunia


Depok, 05 Juli 2020


#puisi

#odop

Sabtu, 19 September 2020

Belajar Pada Perindu


Andai rindu mengharuskan jumpa, 

niscaya, akan banyak perindu yang menuai kecewa

Namun, karena temu bukanlah tujuan, perindu bisa abadi dalam penantian.


Awan 'tak memaksa hujan

Angin 'tak menetapkan badai

Pun rindu, 'tak mengharuskan  bahagia

Bahkan adakalanya ia mencipta lara


Belajarlah keteguhan pada batu karang, belajarlah kerendahan pada bumi, 

dan belajarlah ketulusan serta kesabaran pada para perindu



#Depok 20 Mei 2020



Jumat, 18 September 2020

Ulasan Tentang Dua Film Yang Lagi Viral (Tilik & Cream)



Film Pertama

Judul: Cream Sutradara: David firth 
Durasi: 12 menit 
Negara: Inggris 
Bahasa: Inggris 

Film animasi suram pertama bercerita tentang Dr. Jack Bellifer yang telah menciptakan sebuah produk fenomenal bernama Cream. Cream dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit pada manusia maupun kerusakan barang elektronik sehari-hari atau benda mati. Bahkan Cream tersebut bisa meningkatkan kecerdasan bagi orang autis. 

Cream menjadi solusi mutlak atas semua permasalahan yang ada di bum, termasuk kerusakan lingkungan bisa diatasi dengan Cream tersebut seperti kerusakan air laut yang disebabkan oleh sampah limbah, tanah gersang bisa langsung subur dengan hanya menyemprotkan Cream tersebuti. 

Sayangnya, gelapnya jiwa pihak pemerintah yang penuh propaganda tetap tak bisa diatasi oleh Cream. Para petinggi pemerintah yang bersekongkol dengan korporat-korporat besar yang berpaham kapitalis akhirnya membuat propaganda dengan menggunakan media televisi, media cetak dll menciptakan emej buruk terhadap pencipta Cream, Jack Bellifer. 


Mereka membuat issue bahwa beberapa orang meninggal gara-gara Cream tersebut, bahkan diberitakan bahwa Cream tersebut membuat beberapa orang terjangkit penyakit AIDS. Muncullah banyak kekacauan akibat freming media yang kuat.

 Demo di mana-mana, banyak orang menuntut supaya Cream tersebut dicabut dari peredaran. Sehingga Cream tersebut akhirnya dimusnahkan dengan diadakan pembakaran Cream secara besar-besaran. Dan Jack Bellifer ditangkap oleh pihak keamanan.

 Hikmah dan ulasan:

Film tersebut mengilustrasikan tentang bagaimana kehidupan manusia sekarang yang sangat bergantung dengan bahan-bahan kimia yang diproduksi berkat kemajuan teknologi, contoh kecilnya adalah Cream tersebut.

Pun demikian, kemajuan teknologi ternyata tak membuat manusia untuk bisa lebih bijak dalam menjaga lingkungan. Sehingga masih banyak kerusakan-kerusakan alam yang disebabkan oleh tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab.

Walau para saintis sudah berusaha keras untuk menemukan  solusi dari kerusakan yang diciptakan oleh manusia dengan upaya menciptakan temuan-temuan barunya ternyata temuan tersebut tidak mampu merubah sikap sebagian manusia yang memiliki faham kapitalisme, yang serakah dan ingin selalu mengambil keuntungan atas penderitaan orang lain.

Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa untuk memperbaiki alam harus memperbaiki pikiran-pikiran jahat manusianya terlebih dahulu.

Dan pengaruh media ternyata begitu kuat dan sangat efektif untuk menggiring opini publik. Bahkan sesuatu yang bermanfaat bisa dibuat tanpak membahayakan, yang baik bisa dibuat buruk. Sangat tepat sekali sebuah ungkapan bahwa untuk bisa menguasai sebuah bangsa harus kuasai media.

Dengan kamajun tekhnologi yang begitu besar banyak manfaat yang bisa manusia ambil. Namun ternyata mudharat nya juga besar. Dan ternyata masih banyak orang yang belum sanggup menangkal dari dampak buruk sebuah kemajuan teknologi tersebut.


Film Kedua



Judul: Tilik 
Sutradara: Wahyu Agung Prasetyo 
Penulis: Bagus Sumartono 
Durasi: 32 menit 
Asal negara: Indonesia 
Bahasa: Jawa 



Film ini bercerita tentang rombongan ibu-ibu yang diangkut (menumpangi) sebuah truk dengan tujuan TILIK (menjenguk) ibuh lurahnya yang lagi sakit dan sedang dirawat di rumah sakit. Di tengah perjalanan ibu-ibu tersebut ngobrol ngalor ngidul (ngegosip). Yang dipelopori oleh Bu Tejo.

Bu Tejo menyebarkan gosip yang disambut oleh ibu-ibu lain di dalam truk tersebut. Selama perjalanan, gerombolan ibu-ibu di dalam truk itu menggosipkan sosok Dian yang merupakan kembang desa.

Kabarnya, Dian sedang menjalin hubungan dengan anaknya Bu Lurah, Fikri. Banyak pria yang berusaha mendekati Dian untuk datang melamar. Ibu-ibu di dalam truk berdebat siapa yang nantinya bakal menikah dengan Dian. Bahkan, Bu Tejo juga curiga jika Dian sering menggoda pria yang sudah berkeluarga. Meski begitu, tak semua penyampaian Bu Tejo diterima begitu saja. Salah satunya, Yu Ning yang memperingatkan tidak baik menelan informasi mentah-mentah tanpa mengetahui fakta sesungguhnya. Walau sudah dapat peringatan, Bu Tejo tidak memperdulikan dan tetap gencar bergosip akan keburukan Dian. Bahkan, Bu Tejo dan Yu Ning sempat bersitegang dan adu mulut. 


Bu Tejo berdalih bahwa informasinya tersebut ia dapat di internet, “ Internet itu kan dibuat oleh orang pintar jadi gak mungkin salah”. Kata Bu Tejo membela diri. 


Sebelum mereka sampai di rumah sakit truknya tersebut distop polisi dan hampir mau ditilang. Pasalnya karena truk itu bukan angkutan untuk orang tapi angkutan barang. Namun the power of emak-emak mampu menggagalkan aksi polisi yang hendak mentilang. Ibu-ibu yang di truk terutama Bu Tejo semua berteriak, “Hati nuraninya dipake lah pak! Ini darurat loh. Kita ini mau pergi jenguk orang sakit (Tilik)”. Dengan bahasa jawanya.

Sesampainya di rumah sakit, mereka disambut oleh Dian dan Fikri, anak dari Bu Lurah. Namun, Bu Lurah belum bisa dijenguk karena masih dirawat di ICU. Sontak rombongan kecewa. Yu Ning meneteskan air mata dan menahan rasa malu. Sebab, dialah yang inisiatif mengajak ibu-ibu untuk menjenguk Bu Lurah. 


Akhirnya mereka balik dengan kecewa. Namun tawa rombongan ibu-ibu tersebut kembali rakah berkat Bu Tejo, yang mengusulkan untuk belanja di pasar. “Jadi orang itu mbok yo yang solutif” ungkap Bu Tejo dengan logat jawanya. Kalimat penutup Bu Tejo tersebut sempat ramaii di dunia Maya dengan dibuat meme-meme lucu.

Di akhir film ditampilkan scene, sosok Dian berada di dalam mobil bersama Pak Lurah yang merupakan ayah dari Fikri sekaligus suami dari Bu lurah. Ternyata Dian adalah sosok wanita simpanan Pak Lurah. Dengan kata lain sangkaan Bu Tejo bahwa Dian sedang menjalani hubungan dengan Fikri tidak benar.


Tilik merupakan film garapan ravacana Films bersama Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Film pendek tersebut sebenarnya telah diproduksi sejak 2018 silam. 
Tetapi, film Tilik baru diunggah ke YouTube dan tayang perdana pada Senin, 17 Agustus 2020, tepat perayaan HUT RI ke-75. Film ini disajikan dengan apik dan perbincangan menggunakan bahasa Jawa.


Hikmah dan Ulasan:

Film ini merupakan kritik sosial yang mengilustrasikan tentang keadaan masyarakat pada umumnya yang mudah termakan oleh kabar-kabar yang bertebaran di media-media televisi ataupun sosmed, sehingga sering menjadi korban dari hoax. 


Film ini juga menggambarkan ibu-ibu pada umumnya yang ketika berkumpul suka ngegosip. Namun film ini juga menggambarkan kebiasaan positif masyarakat lokal yang suka menjenguk tetangganya ketika ada yang sakit.


Hikmah yang bisa diambil adalah agar kita mudah mengambil kesimpulan dari sebuah berita yang belum jelas keberadaannya, dan jangan suka menggosip yang hal tersebut bukanlah kebiasaan yang baik dan bahkan hal itu kadang yang memicu retaknya hubungan antar tetangga.


Kita juga bisa mengambil pelajaran bahwa di zaman sekarang untuk memperbaiki moral masyarakat bisa  dengan menggunakan media kesukaan masyarakat, salah satunya perfilman, dengan menghadirkan konten-konten yang positif.

Memang sudah seharusnya setiap anak bangsa untuk berupaya memperbaiki moral bangsanya sesuai profesi dan keahliannya masing-masing.  Penulis dengan buku-buku nya, sutradara dengan film-filmnya yang mendidik, konten kreator dengan konten-konten positifnya, ulama dengan ilmunya.

Itu saja dari saya kurang lebihnya mohon maaf.

#odop
#review
#filmtilik
#filmcream

Kamis, 17 September 2020

Perjalanan Aksa



Perjalanan aksa kutempuh 

Ke bandara Sukarno Hatta 

Suasana malam kian riuh

Kuajak mata menanti Subuh


Lalu lalang para penyapu, segelas capuccino 

Sebatang demi sebatang rokok kuisap

Asapnya menggumpal terbang ke langit

Anganku mengawan, bersama asap

Terberai dengan gesit


Kopi dalam gelas, kopi dalam mulut, dan kopi dalam hati, 

hangat menyeruak ke dalam tubuh, dalam urat nadi, 

dan dalam pikiran, mengusir dingin, mengusir desir

 angin, dan hanya angan yang tak terusir.


Demi teman, demi harapan, dan demi penantian, 

aku menanti kepastian yang belum pasti


Dalam menunggu aku termangu

Besok atau lusa, masihkah aku harus menunggu? 

Di mana aku harus menunggu?

Dan siapa yang harus kutunggu?


Bandara, 26-29 Juli 2020


Rabu, 16 September 2020

Memikirkan Hal Terburuk Yang Mungkin Terjadi Ala filsafat stoic / stoicisem


 

“Pikirkan yang baik-baik aja biar yang terjadi juga baik, jangan berpikiran negatif, dst". Kalian pasti sering mendengar kalimat-kalimat tersebut. Pertanyaannya, apakah ketika kita sudah berpikir positif kita akan terhindar dari hal-hal yang negatif dan hal-hal yang baik akan selalu menghampiri kita? Bukankah hal buruk dan baik adalah keniscayaan yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan?

Sakit, kegagalan, musibah, dimusuhi dst, apakah mungkin bisa dihindari dengan berpikir positif? Aku yakin semua orang pasti pernah mengalami hal-hal buruk. Nah, kalau hal-hal tersebut tidak bisa kita hindari lalu apa yang harus kita lakukan? Semua orang tidak ingin sakit, tapi sakit tetap akan menghampiri. Semua orang tidak ingin tertimpa musibah tapi apakah ada orang yang tidak pernah tertimpa musiba dalam hidupnya? 

Dan apakah semua hal buruk tersebut akan mengganggu kebahagiaan kita? Apakah mungkin kita bisa selalu mendapat hal-hal yang baik saja di dunia ini? 

Kenapa kita bahagia ketika kita dipuji? Kenapa kita bahagia ketika kita banyak teman? Dan apakah ketika pujian sudah tidak kita dapatkan atau ketika teman-teman kita mulai menjauh atau menghilang kita akan tidak bahagia lagi? Kenapa bisa seperti itu? Siapakah yang meletakkan standar kebahagiaan tersebut? 

Nah, di sini aku akan membahas sebuah pemikiran filsafat stoic/ stoicisem. Yang mana stoicisem mengajarkan untuk berpikir hal-hal terburuk yang mungkin terjadi. Mungkin kebalikan dari yang biasa kita lakukan ya? Hehhe. 

Pemikiran stoic menurutku sangat efektif untuk menangkal kekecewaan, depresi dll. Kalau kita merasa takut terhadap hal-hal buruk, bahkan untuk sekadar memikirkannya. Malah kalau di stoic, diajari untuk selalu memikirkan hal terburuk dalam segala hal. Bahkan di stoic dianjurkan setiap kali kita bangun pagi untuk memikirkan hal terburuk apa yang mungkin terjadi di hari itu. Unik ya hehehe.  
Misalnya, kalau kita naik pesawat berarti hal terburuk yang mungkin terjadi adalah pesawat jatuh dan kita akan mati. Ekstrim banget ya hehe? Ya, kalau kita cerna lebih jauh lagi dengan pikiran yang logis gak ekstrim sih. Karena kita memang akan mati juga nantinya kan? 

Kenapa kita takut kepada sesuatu? Ya, karena kita membangun persepsi menyeramkan pada sesuatu tersebut. Kenapa kita senang kepada sesuatu? Ya karena kita membangun persepsi menyenangkan dalam sesuatu tersebut. Makanya ada orang yang takut kepada ulat, ada yang gak takut. Ada orang yang takut kepada hantu dan ada yang tidak. Begitu juga kepadaa hal-hal buruk lain.
 
Ada orang yang senang naik gunung, ada yang sebaliknya. Ada orang yang senang ke pantai, ada yang tidak dst. Kenapa bisa beda-beda ya? Kalian suka gak sama pentol, ice cream, bakso,  sate dll? Pasti ada yang jawab “iya”. Dan percaya atau tidak, pasti juga ada yang jawab “tidak” hehe. Bukan meramal ya. Karena memang seperti itu faktanya. 


Berarti kebahagiaan dan ketakutan itu subjektif dong? Iya, memang. Dan ternyata yang menentukan kebahagiaan dan ketakutan itu kita sendiri. Kalau gitu kita bisa mengatur kebahagiaan kita? Yup, betul sekali. Bahkan ketakutan juga bisa kita kontrol. 

Mana nih pembahasan tentang stoicisem-nya? Sabar, tunggu sebentar hehhe. 

Stoic mendikitomi sesuatu menjadi dua:
 1. Sesuatu yang bisa kita kontrol 
 2. Sesuatu yang tidak bisa dikontrol 

Nah, di stoic kita dituntut untuk fokus kepada sesuatu yang bisa kita kontrol. Sedangkan sesuatu yang tidak bisa dikontrol abaikan saja, terima saja dan jalani saja. Wong gak bisa kita kontrol, tidak bisa dikendalikan. Ngapain kita pusing memikirkannya hehhe. Malah makan hati kalau kita ngotot mau mengontrol sesuatu yang di luar kendali kita. 


Contohnya apa aja tuh? Lanjut baca sampai selesai ya kalau mau tahu hehhe. 

Keberhasilan, kegagalan, sakit, sehat, kecelakaan, kematian, omongan tetangga, diputusin gebetan, dimarahi istri dst, itu adalah hal-hal yang tidak bisa kita kontrol. Semua itu adalah bagian dari siklus kehidupan atau hukum alam. Mungkin kita menyebutnya sudah ada yang ngatur. 

Terus apa dong yang bisa kita kontrol? Sabar dulu. Lanjut ya hehe. 

 
Sedikit sekali hal-hal yang bisa kita kontrol, yaitu nalar, pikiran, opini dan sikap kita. Meskipun sedikit tapi percayalah! itulah yang berpengaruh besar terhadap kebahagiaan atau kesedihan kita. 

Ketika kita digosipin tetangga misalnya, atau diputusin gebetan dll, mungkin kita akan marah, kesal, pengen ngamuk-ngamuk dst. Tapi bisa gak kalau kita gak usah marah, santai aja, menerimanya. Pasti bisa dong. Karena reaksi atau respon kita kepada sesuatu yang menimpa kita termasuk hal yang bisa dikontrol. Yang gak bisa dikontrol itu sikap orang lain kepada kita, tapi sikap dan opini kita bisa dikontrol. Itu artinya, marah, sedih, emosi dll bisa kita atur. Kalau kita gak pengen sedih, ya jangan sedih hehe. Kan kita yang punya pikiran. Dan kita diberi kebebasan oleh Tuhan untuk memilih dengan akal kita.  Kita tinggal pilih aja mau bahagia atau sedih.

Apa bedanya memikirkan hal buruk ala stoic dengan negatif thinking? 

Beda dong. Kalau negatif thinking itu kita memikirkan hal buruk yang membuat kita cemas, takut,  dll. Tapi kalau berpikir hal terburuk ala stoic, kita memikirkan hal-hal buruk dengan upaya antisipasi dan menyadarkan diri bahwa hal buruk tersebut sangat mungkin terjadi. Dan itu normal saja. 

Kalian pernah gak sih bawa payung padahal belum hujan? Atau misalnya berangkat ke kampus jauh sebelum jadwal masuk kuliah? Atau mungkin ketika bikin acara, menyediakan hidangan lebih dari yang dibutuhkan? Pasti pernah kan? Kenapa kita berbuat demikian, ya karena kita memikirkan hal terburuk yang mungkin terjadi. Nah, kalau kita membiasakan diri seperti itu dalam hal-hal yang lebih fundamental dalam hidup, maka kita tidak akan mudah depresi dan sedih. 

Masih banyak loh pemikiran-pemikiran unik ala stoic. Kalau kalian ingin mengetahui lebih jauh beli buku "Filsafat Teras". Aku belum baca sih hehe. Katanya aja. Aku cuman dengerin review-Nya di podcast-podcast. Dan menurutku pemikiran stoic ini mirip-mirip dengan pemikiran Mark Manson, dalam bukunya "Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat". Kalau buku Mark Manson ini aku udah pernah khatam.

Itu aja dari saya ya. Jika ada salahnya mohon maaf.

 #Odop #motivasi #onedayonepost

Selasa, 15 September 2020

Gema Kerinduan

 



Di tengah angkara murka kebodohan

Kau datang sebagai sosok penerang kegelapan 

Yang memusnahkan setiap kejahilan


Di tengah maraknya kelaliman

Kau seperti tak memiliki rasa bosan 

berkorban demi tegaknya keadilan


Saat tiba mentari atau rembulan   

Hanya itu yang selalu Kau pikirkan

Risalah Tuhan yang tengah kau emban


Siang Kau sampaikan

Malam Kau doakan

Umatmulah yang menjadi tangisan


Sebagai penutup kerasulan 

Kaulah panutan bagi semua insan

yang masyhur dengan sebuah sebutan

Penebar Rahmat bagi seluruh alam.


Para musuhmu takluk menjadi kawan

Para sahabatmu begitu kaya akan iman

Kaulah sosok yang amat dimuliakan dan diidolakan


Engkaulah Muhammad sang pedoman

Sang Penuntun akan kebenaran

Sanjungan dan pujian patutlah kau dapatkan

Sholawat kerinduan sudah seharusnya kami gema dan semarakkan


Eh, Nemu puisi yang kutulis maulid kemarin. Yaudah posting ini aja dulu hehe. Masih malas nulis panjang 😀

#one day one post

#puisi

Senin, 14 September 2020

Melek Literasi


 

Seberapa besar sih minat baca orang Indonesia? 

 
Masyarakat Indonesia tergolong dalam masyarakat yang sangat rendah sekali minat bacanya. Itu artinya ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap literasi patut dipertanyakan. Sangat ironis. Rasanya sangat tidak mungkin suatu bangsa bisa maju jika mereka menjauh dari pengetahuan. Membaca adalah salah satu syarat penting untuk bisa menggali pengetahuan. 

Menurut keterangan yang saya baca di Konde.co disebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca!. Sangat jauh dari batas maksimum. 

Riset yang bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked, dilakukan oleh Central Connecticut State University, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Padahal, kalau dilihat di pameran-pameran buku, selalu ramai dikunjungi oleh banyak anak yang antusias membaca. 

Presiden keenam kita bapak SBY pernah berkata “Reading society advance society”. Artinya: "Masyarakat membaca adalah masyarakat maju, atau jika dibalik, masyarakat maju adalah masyarakat membaca." 
Quote ini saya baca di iPusnas tapi lupa nama bukunya. Nah, bagaimana kita mau maju jika kita belum akrab dengan buku-buku. 

Pantas saja jika masyarakat kita sangat mudah termakan oleh hoax. Terkadang, hanya bermodal membaca judul dari sebuahi artikel tanpa membaca isinya masyarakat kita sudah komen macam-macam. Sehingga masyarakat begitu mudah disulut kemarahannya. Hal itu salah satu penyebab kegaduhan di negara kita.

Banyak sekali dampak negatif dari tidak dari minat membaca yang rendah. Di antaranya. 

1. Berpengetahuan rendah 
    Minimnya pengetahuan kerap kali akan membuat seseorang berpikiran dangkal dan cenderung mengomentari soal-soal yang tidak ia pahami. Hal itu yang akan membuat kita menjadi orang ngototan. 

2. Sulit untuk bisa toleransi 
     Perbedaan pendapat dalam segala hal adalah keniscayaan yang sudah seharusnya kita terima. Ketidaktahuan kita terhadap dalil atau alasan-alasan pemikiran orang lain sering kali membuat kita mudah men-judge orang lain. 

3. Sedikit wawasan 
    Minimnya wawasan akan membuat kita tidak bijak dalam memutuskan persoalan, cenderung gegebah dan malas berpikir panjang. Hal itu sangat berbahaya. Bukan menyelesaikan masalah, malah akan memperkeruh persoalan. 

"Buku adalah jendela dunia." 
Mungkin kita sudah sering mendengar kata-kata tersebut. Namu, sudah sejauh mana kita memahami kata tersebut, dan mengimplementasikan dalam kehidupan kita. Maksudnya jika kita banyak membaca buku, (ingat membaca ya bukan mengkoleksi) kita akan banyak mengetahui tentang pemikiran para pemikir dan pendahulu-pendahulu kita, kita akan mengetahui peninggalan sejarah. Dan kita akan mengenal banyak nama-nama orang yang tercatat sejarah, tidak menutup kemungkinan nantinya kita akan dicatat sejarah kalau kita terus membaca dan terus memupuk minat baca kita. 

 Karena membaca akan menambah pengetahuan dan wawasan kita maka kita akan bisa melihat dunia bukan hanya dengan satu sudut pandang. Terlalu naif jika dunia yang beranekaragam hanya dipandang dengan sudut pandang yang sempit. Membaca adalah salah satu cara mengintip dunia dari lembaran-lembaran kertas. 
 
Berikut faktor-faktor yang berpengaruh terhadap minat baca.

 1. Lingkungan keluarga 
     Hidup di keluarga yang tidak cinta akan literasi akan mempengaruhi terhadap minat baca kita. 

2. Lingkungan masyarakat 
    Seringkali lingkungan kita menciptakan pola pikir dan kebiasaan kita. Begitu banyak kebiasaan kita dipengaruhi oleh masyarakat sekitar kita. Itulah yang kita sebut teradisi. Banyak anggapan umum masyarakat yang tidak bisa kita benarkan. Salah satunya pemikiran yang bertendensi kepada hedonistik, hipokris dan apatis terhadap lingkungan. Begitu juga anggapan sebelah mata terhadap literasi tidak boleh kita benarkan. Jangan sampai kita tidak mau membaca dengan alasan bukan tradisi masyarakat kita. 

 3. Kurang motivasi 
     Penting sekali bagi kita untuk merawat motivasi kita terhadap dunia literasi. Baik itu motivasi yang bersifat internal (berasal dari dalam diri kita) ataupun motivasi yang bersifat eksternal (berasal dari luar diri). Nah, bergabung di komunitas penggiat literasi merupakan salah satu cara memupuk motivasi. 

4. Sarana yang minim 
     Kesejahteraan sosial masih belum dirasakan oleh seluruh masyarakat kita. Ketimpangan sosial masih sangat tinggi. Artinya amanat konstitusi untuk  merawat fakir miskin belum sepenuhnya direalisasikan oleh para pemimpin kita, yang mana hal itu mengakibatkan kepada tidak terlaksananya pesan konstitusi yang selanjutnya yaitu mencerdaskan segenap anak bangsa. 

Kemiskinan sosial acap kali berdampak kepada kemiskinan intelektual. Masih banyak masyarakat kita yang bukan hanya tidak sanggup kuliah, tapi untuk sekadar beli buku aja tidak bisa.

#one day one post

Minggu, 13 September 2020

Asmara



Hujan datang membelai rerumput

Membuatnya sejuk dan riang

Bahkan saat hujan pergi menghilang

Rumput tetap kukuh mendekap bekas belaian. 


Tiada namanya bekas asmara

Ia akan selalu ada bahkan terus subur

Asmara hanya akan menitikkan asmara  baru. Dan tentu rindu akan ikut terpadu


Bahkan saat yang dicinta tiada

Bahkan saat yang dicinta tak mencintai

Atau mencinta pada yang lain


Kepada laut kucoba tenggelamkan

Kepada sungai kucoba hanyutkan

Dan ternyata hanya pada hati ini 

Aku bisa menyimpannya


Dalam puisi kisahmu  kuabadikan

Dan kepada Tuhan namamu kutitipkan

Semoga kamu berada dalam kebahagiaan


Depok, 27 Agustus 2020/ 8 Muharram 1442

Sabtu, 12 September 2020

Seni Menghargai


 

Assalamualaikum sahabat literasi. Semoga kalian semua baik-baik saja. Salam literasi. Yuk membaca! 

 "life is not what we want but what we have" “Hidup itu bukan apa yang kita ingin tapi apa yang kita punya” ~Dita (teman Soe Hok Gie)

Quote itu aku ambil dari buku yang berjudul SOE HOK GIE CATATAN SEORANG DEMONSTRAN. Mungkin teman-teman sudah tidak asing lagi dengan buku tersebut. Buku yang begitu monomental, sudah dicetak ulang belasan kali. Padahal itu hanya buku yang diambil dari buku diary seorang anak muda yang dicetak beberapa tahun setelah kematian penulisnya. Buku tersebut begitu laris. 

Mungkin tersebut disebabkan karena penulisnya dari semenjak hidupnya sudah memiliki daya tarik yang cukup kuat di kalangan masyarakat. Dikarenakan sifatnya yang idialis, jujur dalam bersikap, kritis, dan ide-idenya yang selalu mementingkan masyarakat bawah. 

Sudah seharusnya buku Catatan Seorang Demonstran menjadi motivasi kepada kita untuk selalu menulis. Walaupun hanya menulis di buku diary. Sudah banyak sekali buku-buku terkenal yang diangkat dari catatan harian penulisnya. Seperti buku Pergolakan Pemikiran Islam yang ditulis oleh Ahmad Wahib, begitu juga dengan buku Catatan Harian Anne Frank dll. 

Di sini aku tidak mau membahas terlalu jauh tentang Soe Hok Gie, maupun isi dari buku tersebut. Akan tetapi, di sini aku akan membahas quote di atas dengan upaya eksplorasi lebih jauh lagi. Sehingga dari quote tersebut bisa melahirkan diskursus-diskursus baru. Quote di atas kalau kita baca memang sangat simpel. Namun menurutku quote di atas adalah merupakan sebuah kesimpulan dari arti kehidupan. 

Walaupun simpel dan singkat, kandungan dari quote di atas menurutku tidak mudah untuk diimplementasikan, untuk dijadikan pegangan hidup. 

Kenapa aku bilang itu sulit? 

          Begini teman-teman sekalian, semua manusia pasti memiliki hajat (kebutuhan) dalam hidupnya. Baik itu kebutuhan primer, seperti udara, air dan makanan dll. Ataupun kebutuhan sekunder, seperti kendaraan, baju bagus dll. 

Manusia cenderung akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Bahkan terkadang akan berupaya untuk mendapatkan lebih dari apa yang dibutuhkan. Itulah yang disebut keinginan. Pada umumnya keinginan manusia pasti lebih banyak dan lebih besar dari kebutuhannya. Hal itu yang menuntut manusia untuk bekerja keras, berlomba-lomba dalam bekerja, berangkat pagi pulang malam dst. 

Hasrat yang berlebihan untuk memiliki sesuatu itu disebut rakus. Nah, rakus ini yang seringkali membawa kerusakan dalam kehidupan manusia. Betapa banyak cekcok dalam rumah tangga, bertengkar antar saudara, bahkan pembunuhan yang diakibatkan oleh sifat rakus tersebut. 

Obsesi seseorang terhadap sesuatu seringkali membuatnya lupa bersyukur, tidak menghargai yang ia punya, dan selalu merasa kurang. 

Sebanyak apapun harta seseorang manakala sifat rakus atau dalam Islam disebut thoma' sudah bersemayam dalam hatinya pasti ia tidak akan pernah puas dengan apa yang ia meliki. Sehingga nabi Muhammad Saw bersabda, yang pesan singkatnya ialah bahwa, “ Andai manusia memiliki satu gunung mas maka ia akan berhasrat untuk memiliki gubug yang kedua.” Makanya Islam sangat melarang sifat rakus. 

Di antara bahaya sifat rakus adalah ia menghalangi kebahagiaan. Sangat berbahaya bukan? Sebenarnya masih banyak dampak buruk dari sifat rakus ini. Tapi aku tidak mau membahasnya semua di sini. Boleh teman-teman kalau mau menyebutkannya di kolom komentar hehe. 

Kembali ke quote di atas. Menurutku quota di atas sangat efektif untuk mengobati sifat rakus. Asalkan kita mau merenungkannya dan mau berupaya untuk menyadarkan diri kita sendiri akan kebenaran quota tersebut. 

Kenapa aku bilang itu efektif? 

Karena quota tersebut mengajarkan kita untuk menghargai apa yang kita miliki, dan juga mengajarkan kita untuk tidak terlalu terobsesi dengan keinginan-keinginan kita. Dan pada sejatinya kita hanya bisa menikmati apa yang kita miliki bukan apa yang kita inginkan.Maka sangat disayangkan jika kita tidak bisa menikmatinya hanya karena obsesi kita terhadap ketidak pastian keinginan. 

Buat apa kita bersusah payah untuk mewujudkan keinginan kita, kalau setelah mendapatkannya kita tidak bisa menikmatinya. Sangat ironis. Maka belajar menghargai yang ada jauh lebih penting daripada berjuang mewujudkan yang tiada. Itu menurutku sih hehhe. 

Kenapa tadi aku bilang, asalkan kita merenungkan dan menyadarkan diri? 

Itu karena, sejatinya kebenaran itu tidak akan ada manfaatnya jika kita tidak mau menerimanya. Motivasi hanyalah sekadar kata-kata yang tidak ada efeknya jika kita tidak mau memotivasi diri kita sendiri. Itu sebabnya kita membutuhkan kesadaran akan hal itu. 

Itu aja dulu ya teman-teman dari saya. Jika teman-teman mendapatkan kesimpulan-kesimpulan baru dari quote di atas silahkan komen ya.

#ODOP
#ONEDAYONEPOST

Jumat, 11 September 2020

MASA DEPAN PENUH MISTERI, JALAN MANA HARUS KUSUSURI? AKU TIADA MENGERTI



MASA DEPAN PENUH MISTERI, JALAN MANA HARUS KUSUSURI? AKU TIADA MENGERTI


Kuak-menguak
Berarak gelap


10 September 2020

#putika
#puisitigakata

One Day One Post




Assalamualaikum sahabat literasi.

Semoga kalian semua baik-baik saja.

Salam literasi. Yuk membaca!


Bersyukur banget aku bisa mengenal ODOP. Aku sih sudah lumayan sering bergabung di grup-grup kepenulisan baik yang gratis ataupun yang berbayar. Tapi entah kenapa kok aku merasa ada yang berbeda di ODOP. Setelah pengenalan grup aku malah heran dan terkagum-kagum. Grup sebesar dan sekeran ODOP kok iya gratis. Komunitas yang melahirkan banyak penulis kompeten, yang salah satu alumninya juga aku ikuti di IG nya, yaitu kak Heru. Malahan aku mengikuti Instagram Kak Heru jauh-jauh hari sebelum mengenal ODOP. Melihat postingan-postingan Kak aku jadi termotivasi banget, karena Kak Heru sering juara dalam event-event lomba kepenulisan. Dan ternyata Kak Heru pernah menjabat sebagai ketua di ODOP. Hal itu membuat aku tambah jatuh hati kepada komunitas ini. Di samping karena grupnya yang asyik juga karena di ODOP anggotanya diberi kebebasan untuk menulis apa aja yang disukai. Itu membuatku tambah senang. Dan semakin membuatku bertekad untuk lulus di ODOP ini. Sangat sayang rasanya jika aku gagal menjadi bagian dari keluarga ODOP yang kece banget ini.

Aku menyukai banyak genre tulisan baik itu fiksi atau non fiksi. Tapi yang paling aku tekuni sekarang adalah puisi. Makanya kalau aku dikasih tugas menulis cerpen di grup-grup sebelum ODOP aku agak berat. Karena bukan hobiku dan kemampuan dalam menulis cerpen masih minim sekali. Sedangkan di ODOP postingan harian boleh menggunakan puisi. 

Di samping puisi aku dari dulu suka menulis quote, entah itu di buku catatan atau di HP. Aku juga sering post quote-quote motivasi di IG baik itu quoteku sendiri atau quote yang aku kutip dari buku-buku. Dan aku sudah nulis lumayan banyak quote dan puisi yang aku  save di HP. Nah, rencananya ini yang akan aku jadikan senjata untuk memenuhi tugas harian di ODOP. Rencananya dari quote-quote itu mau aku uraikan dengan gaya bahasaku dan ide-ide yang berkaitan dengan quotes tersebut. Makanya blogku untuk sekarang ini mau aku fokuskan post quotes beserta uraian-uraian yang berbentuk motivasi gitu, dan juga puisi. Itulah strategiku untuk lulus di ODOP. Tentunya di samping itu semua aku harus lebih serius lagi, menjaga semangat, meluangkan waktu, mencari banyak inspirasi dan banyak membaca.

Harapanku di ODOP bisa lulus. Dan bisa nerbitin buku. Aku juga berharap tulisanku nantinya bisa tembus media Aamiin. Aku optimis di ODOP aku akan bisa lebih jauh mengepakkan sayap untuk menambah jam terbang. 

Aku percaya bahwa, nothing is impossible. Asal ada kemauan dan mau konsisten action. Apalagi aku memang punya ketertarikan yang cukup tinggi terhadap dunia literasi hehhe. Bagiku menulis adalah sarana memotivasi diri dan juga orang lain. Rasanya tidak ada alasan bagiku untuk tidak serius menyelesaikan kelas di ODOP ini.


Bismillah One Day  One Post selama 40 hari.

#ODOPDAY5

#OneDayOnePost


Kamis, 10 September 2020

Putika

Putika adalah singkatan dari puisi 3 kata.

Berikut ciri-ciri putika: 

1. Mempunyai judul, isi dan titimangsa 

2. Hanya terdiri dari satu bait 

3. Judul bisa terdiri dari satu buah, tiga buah, mem￾bentuk cerita dan membentuk judul panjang 

4. Terdiri dari tiga kata 

5. Terdiri dari dua larik 

6. Isi antara larik telah berdiri sendiri


Contoh:


BERCEKCOK BERTENGKAR: Barbar


Bisa buas

Bias


|| M. Lutfi 


Depok, 10 September 2002

Sumber inspirasi

 Assalamualaikum sahabat literasi.

Semoga kalian sehat semua. Salam literasi. Yuk membaca!


"Inspirasi itu tidak datang dari meditasi, akan tetapi datang dari interaksi." ~ Anis Baswedan

Dari quote di atas kita bisa banyak mengambil pelajaran yang bermanfaat. Aku akan coba mengabtraksikan  makna-makna dari quote tersebut menurut pemahaman saya baik secara eksplisit maupun implisit.

Pertama secara eksplisit.

         Sudah sangat jelas sekali dari quote di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa, sumber inspirasi itu bukan hanya meditasi. Tapi juga interaksi. Bahkan, terkadang dengan kita sering bersosial dengan banyak orang, baik itu berupa diskusi, entah itu merupakan diskusi serius,  diskusi ringan atau mungkin hanya diskusi receh hehe ( ngalor ngidul istilah jawanya) dan lebih tepatnya bukan diskusi, bisalah kita sebut ngobrol santai, yang pasti itu lebih baik daripada hanya rebahan terus, malah dari situ kadang inspirasi muncul.


Seringkali kita terjebak oleh kemalasan kita untuk bersosial. Sehingga, kita lebih memilih rebahan di rumah saja atau di kos-kosan saja. Gak mau ngumpul dengan teman-teman kita, malas olahraga seperti orang takut sama matahari aja istilah orang Madura aokep meloloh. Bahkan untuk sekadar jjs (jalan-jalan santai) aja kita ogah. Kita lupa akan pentingnya menebar senyum kepada orang lain, kita lupa untuk menjaga kesehatan kita, kita lupa untuk belajar dari kehidupan orang lain. Bahkan, kita lupa untuk mengambil hikmah dari segala peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Padahal, dalam setiap kejadian ada hikmahnya.

Kalau kita di kamar saja gimana mau dapat hikmah? Sedangkan kita abai terhadap sekitar. Dan itu disebabkan oleh sifat mager kita hehhe. Lalu kita berharap inspirasi? 

Kebiasaan ini harusnya sangat dihindari oleh seorang penulis atau yang bercita-cita menjadi penulis. Karena setiap kejadian adalah ide baru bagi seorang penulis untuk dijabarkan dengan bahasa yang puitis dan estetis dan dengan cara-cara yang persuasif (menggoda). Mengamati, mencermati dan merefleksikan-nya dalam dirinya bagi seorang penulis adalah suatu keharusan yang tidak boleh diabaikan. Karena, menulis adalah kegiatan berpikir.

Kedua secara implisit:

     Dari quote di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa,

   1. Inspirasi adalah sesuatu yang berharga.

Sudah seharusnya kita hidup dengan memperkaya inspirasi dengan berbagai upaya. Nah, menurutku untuk bisa kaya akan inspirasi kita harus mengaktifkan daya imajinasi kita dengan konsisten.

    2. Jangan jadi orang yang apatis!

Sebagai makhluk sosial sudah seharusnya kita untuk tidak bersikap acuh terhadap lingkungan. Kita harus aktif dan jangan pasif! Kita harus menjadi bagian dari solusi dan jangan menjadi bagian dari masalah! Dan menurutku tidak menciptakan solusi terhadap problem-problem di sekitar adalah merupakan masalah itu sendiri. Minimal berdoa untuk kebaikan lingkungan. Itu merupakan wujud kepedulian kita yang paling lemah.

Nah itu saja teman-teman dariku. Kalau ada makna-makna implisit yang belum aku sebutkan silahkan komen ya.


Kamis, 10 September 2020

 22 Muharram 1442


Produktif Di Masa Pandemi


Zaman terus berubah, keadaan pun demikian. Tentunya setiap zaman membawa teka-teki baru yang menuntut manusia untuk memecahkannya. Dalam setiap problematika kehidupan, entah itu masalah pendidikan, sosial, maupun spiritual, tentunya ada solusinya, ada konsep menghadapinya, dan juga ada ahlinya yang bisa kita minta pendapatnya. 


Dan yang tak kalah penting untuk kita sadari, bahwa dalam setiap kejadian ada pengatur alurnya. Ya, dia Tuhan semesta alam yang maha esa, sebaik-baik zat pembuat skenario. Maka jangan pernah kita lupa, di balik keterbatasan otak manusia untuk menyingkap semua misteri, dan menyelesaikan semua persoalan, Tuhan selalu hadir menunggu doa-doa para hambanya.


Pada masa sekarang tentu kita sudah mengetahui semua, bahwa persoalan saat ini yang lagi dicari-cari solusinya oleh manusia seluruh dunia adalah masalah pandemi atau Covid 19. Bahkan yang lagi gencar dibahas bukan hanya  cara terbebas dari pandemi, tetapi, juga tentang siapa dalangnya? 


Terlepas dari itu semua, Covid 19 telah mencipta tatanan baru, baik itu di bidang sosial, politik maupun pendidikan. Sistem pendidikan sekarang dikenal dengan "pendidikan 4.0" (Pendidikan 4.0 (education 4.0) adalah istilah umum yang digunakan oleh para ahli teori pendidikan untuk menggambarkan berbagai cara untuk mengintegrasikan teknologi cyber baik secara fisik maupun tidak ke dalam pembelajaran.) Di mana sekarang, seorang pelajar tidak lagi harus pergi ke sekolah untuk melaksanakan kegiatan belajarnya. Semua materi disampaikan  dari jarak jauh, dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi. Maka dari itu tentunya kita butuh strategi baru, cara pandang baru, dan ilmu-ilmu baru untuk tetap bisa survive di masa pandemi ini.


Yuk kreatif dan produktif di masa-masa sekarang ini! Salah satu cara produktif di masa sekarang adalah dengan menulis dan membaca. Apa yang kita lihat, apa yang kita alami semua itu bisa jadi bahan tulisan loh! 

Terserah pada kesuksesan kita mau kita tulis dengan genre apa aja. Yang suka genre puisi silahkan menulis puisi, yang suka nulis cerpen dilakukan nulis cerpen atau genre-genre yang lain.

Asyik bukan! Hidup terlalu berharga kawan, untuk kita abaikan. Menulis adalah salah satu cara menghargai hidup kita.


Depok, 10 September 2020


Selasa, 08 September 2020

Kehilangan Adalah Keniscayaan

 Kehilangan Adalah Keniscayaan


Kehilangan adalah lepasnya sesuatu yang awalnya kita miliki. Kehilangan merupakan salah satu hal yang banyak orang takutkan.

Hal itu bisa dibuktikan dengan  banyaknya orang yang menangis karena merasa kehilangan, entah itu kehilangan harta, pasangan atau kehilangan orang yang mereka sayang.

Bahkan, mungkin  sering kita jumpai orang-orang yang kehilangan semangatnya disebabkan mereka kehilangan apa yang mereka punya. Jadi, kehilangan sesuatu yang dianggap berharga bisa menyebabkan seseorang kehilangan semangat atau gairah hidup. Wah, kalau begitu bahaya dong. Karena, hidup kan butuh semangat. Kalau nggak ada semangat kita akan berleha-leha dalam hidup ini, tidak punya tujuan dan cenderung apatis terhadap segala hal. Kalau sudah begitu tentu hidup kita tidak akan indah.

Kalau sudah begitu maka kehilangan akan melahirkan kehilangan yg seharusnya tak pernah hilang (semangat). Sebenarnya kehilangan dalam hidup adalah hal yang sangat bisa terjadi.

Andai kita tak begitu merasa memiliki mungkin ketakutan itu tak akan begitu besar.

Andai kita merasa bahwa segalanya hanya titipan maka sudah pasti tak banyak beban yang akan kita tanggung ketika apa-apa yang  genggam mulai lepas dari pangkuan.

Andai kita sadar bahwa yang tuhan ambil dan Tuhan beri itulah yang terbaik untuk kita maka hidup tak akan terasa berat bagi kita.


Kadang kita terlalu berlebihan dalam menyesali yang pergi, yang datangnya pun tak pernah kita perjuangkan.

Kenapa kita harus begitu sedih gara-gara tidak adanya sesuatu yang biasanya ada di samping kita. Bukan-nya semuanya itu awalnya adalah tidak ada termasuk diri kita.

Jika banyak sesuatu yang mulai pergi dari kehidupan kita harusnya kita sadar bahwa ada waktunya nanti kita yang akan pergi meninggalkan semuanya.

Datang adalah sesuatu belum pasti. Namun, pergi adalah hal yang sudah sangat pasti dan tak bisa di pungkiri.

Terkadang, keasyikan kita  dengan banyaknya  hal yang datang membuat kita lupa atas kepastian perginya semua hal tersebut. Sebenarnya itulah yang membuat kita tidak siap terhadap apa yg sudah sangat pasti (kehilangan).

Terkadang kita menangis bukan karena banyaknya hal yang membuat kita menangis.

Namun, karena kita  banyak menangisi hal yang seharusnya tidak kita tangisi.

Maka kita harus belajar merelakan yang pergi dan menghargai yg datang.


Depok, 8 September 2020


Senin, 07 September 2020

Agar tidak kecewa

 



Agar Tidak Kecewa


 Teman-teman pernah gak sih ngalamin putus asa? gara-gara apa yang teman-teman perjuangkan tidak membuahkan hasil sesuai ekspektasi. Misalnya, sudah rajin belajar tapi tidak pintar-pintar, sudah sering menulis, tapi tulisannya gitu-gitu aja, tidak berkualitas. Jika iya, simak tulisan berikut ya! Bukan hanya kalian kok yang pernah seperti itu. Semua manusia pernah kecewa tak terkecuali aku, hehhe. Kan aku juga manusia.🙂


Aku juga sering merasa kecewa pada diri sendiri. Terutama yang paling sering saat menulis puisi, kayak gak pernah benar gitu. Gak percaya diri, selalu membandingkan dengan karya orang lain. Pokoknya bikin kecewa terus deh.


Tapi itu dulu, sebelum aku sadar, bahwa manusia gak ada yang sempurna. Dan tuhan tidak pernah menuntut kesempurnaan pada hambanya. Karena kesempurnaan hanya miliknya. Dan aku yakin bahwa setiap manusia disamping memiliki kekurangan juga  memiliki kelebihan-kelebihan-Nya masing-masing.

Maka dari itu, sekarang setiap melihat kelebihan dan keunggulan orang lain, aku langsung ingatkan pada diri sendiri, bahwa Tuhan juga menitipkan kelebihan pada diriku. Mungkin sekarang belum tampak, tapi aku selalu meyakinkan diri, jika aku terus menggali potensi dalam diriku nanti Tuhan pasti akan menampakkanya. "NASRUN MIN ALLAH WA FATHUN  QORIIB" aku yakin pertolongan itu datang dari Allah dan keberhasilan sudah dekat. Syaratnya jangan berhenti di sini.


Mungkin itu aja ya, teman-teman yang bisa aku bagikan. Semoga bisa bermanfaat buat aku sendiri khususnya dan juga bagi teman-teman. 


Eh, sebelum  aku akhiri aku ada quote nih. Yang aku tulis di buku diariku. "Jika belajar tak membuatku pintar setidaknya belajar membuatku sadar." ~M. Lutfi


Silahkan bagi teman-teman pembaca jika mau share pengalamannya di kolom komentar ya. Hehhe


Depok, 7 September 2020


Jumat, 04 September 2020

Perjuangan

 Perjuangan

Oleh: M. Lutfi


1/Terpuruk

Napas tersengal-sengal, bunyi reyot punggung menghantui telinga

Darah mengalir kencang, air mata tak tertahan

Malam mencekam, kehidupan serupa kutukan

Tapi, bayang-bayang kematian lebih menyeramkan


2/Berjuang

Dua bongkah batu besar di kepala

kubawa keliling kota

Terik matahari menembus urat nadi,

peluh bercampur tetesan air hujan

Kaki bengkak, untuk sampai ke tempat

penginapan

Bertahan dalam keterasingan


3/Harum

Damai manyatu dari cerai-berai

Sekian lama terkulai, 

dalam masa penyembuhan

Bekas olesan keringat, aromanya masih

tercium,

Kini, harum serupa parfum

Setelah beberapa tahun terbaring

Kini, aku tegak berlari riang


Depok, 27 Juni 2020

Aku, Annimarie Schimmel dan Karya Binhad Nurrohmat

  Oleh: M Lutfi  Bermula dari baca-baca artikel tentang Annimare Schimmel, mulai dari kisah pertemuannya dengan Habib Quraisy Baharun (ki...