Jumat, 18 September 2020

Ulasan Tentang Dua Film Yang Lagi Viral (Tilik & Cream)



Film Pertama

Judul: Cream Sutradara: David firth 
Durasi: 12 menit 
Negara: Inggris 
Bahasa: Inggris 

Film animasi suram pertama bercerita tentang Dr. Jack Bellifer yang telah menciptakan sebuah produk fenomenal bernama Cream. Cream dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit pada manusia maupun kerusakan barang elektronik sehari-hari atau benda mati. Bahkan Cream tersebut bisa meningkatkan kecerdasan bagi orang autis. 

Cream menjadi solusi mutlak atas semua permasalahan yang ada di bum, termasuk kerusakan lingkungan bisa diatasi dengan Cream tersebut seperti kerusakan air laut yang disebabkan oleh sampah limbah, tanah gersang bisa langsung subur dengan hanya menyemprotkan Cream tersebuti. 

Sayangnya, gelapnya jiwa pihak pemerintah yang penuh propaganda tetap tak bisa diatasi oleh Cream. Para petinggi pemerintah yang bersekongkol dengan korporat-korporat besar yang berpaham kapitalis akhirnya membuat propaganda dengan menggunakan media televisi, media cetak dll menciptakan emej buruk terhadap pencipta Cream, Jack Bellifer. 


Mereka membuat issue bahwa beberapa orang meninggal gara-gara Cream tersebut, bahkan diberitakan bahwa Cream tersebut membuat beberapa orang terjangkit penyakit AIDS. Muncullah banyak kekacauan akibat freming media yang kuat.

 Demo di mana-mana, banyak orang menuntut supaya Cream tersebut dicabut dari peredaran. Sehingga Cream tersebut akhirnya dimusnahkan dengan diadakan pembakaran Cream secara besar-besaran. Dan Jack Bellifer ditangkap oleh pihak keamanan.

 Hikmah dan ulasan:

Film tersebut mengilustrasikan tentang bagaimana kehidupan manusia sekarang yang sangat bergantung dengan bahan-bahan kimia yang diproduksi berkat kemajuan teknologi, contoh kecilnya adalah Cream tersebut.

Pun demikian, kemajuan teknologi ternyata tak membuat manusia untuk bisa lebih bijak dalam menjaga lingkungan. Sehingga masih banyak kerusakan-kerusakan alam yang disebabkan oleh tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab.

Walau para saintis sudah berusaha keras untuk menemukan  solusi dari kerusakan yang diciptakan oleh manusia dengan upaya menciptakan temuan-temuan barunya ternyata temuan tersebut tidak mampu merubah sikap sebagian manusia yang memiliki faham kapitalisme, yang serakah dan ingin selalu mengambil keuntungan atas penderitaan orang lain.

Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa untuk memperbaiki alam harus memperbaiki pikiran-pikiran jahat manusianya terlebih dahulu.

Dan pengaruh media ternyata begitu kuat dan sangat efektif untuk menggiring opini publik. Bahkan sesuatu yang bermanfaat bisa dibuat tanpak membahayakan, yang baik bisa dibuat buruk. Sangat tepat sekali sebuah ungkapan bahwa untuk bisa menguasai sebuah bangsa harus kuasai media.

Dengan kamajun tekhnologi yang begitu besar banyak manfaat yang bisa manusia ambil. Namun ternyata mudharat nya juga besar. Dan ternyata masih banyak orang yang belum sanggup menangkal dari dampak buruk sebuah kemajuan teknologi tersebut.


Film Kedua



Judul: Tilik 
Sutradara: Wahyu Agung Prasetyo 
Penulis: Bagus Sumartono 
Durasi: 32 menit 
Asal negara: Indonesia 
Bahasa: Jawa 



Film ini bercerita tentang rombongan ibu-ibu yang diangkut (menumpangi) sebuah truk dengan tujuan TILIK (menjenguk) ibuh lurahnya yang lagi sakit dan sedang dirawat di rumah sakit. Di tengah perjalanan ibu-ibu tersebut ngobrol ngalor ngidul (ngegosip). Yang dipelopori oleh Bu Tejo.

Bu Tejo menyebarkan gosip yang disambut oleh ibu-ibu lain di dalam truk tersebut. Selama perjalanan, gerombolan ibu-ibu di dalam truk itu menggosipkan sosok Dian yang merupakan kembang desa.

Kabarnya, Dian sedang menjalin hubungan dengan anaknya Bu Lurah, Fikri. Banyak pria yang berusaha mendekati Dian untuk datang melamar. Ibu-ibu di dalam truk berdebat siapa yang nantinya bakal menikah dengan Dian. Bahkan, Bu Tejo juga curiga jika Dian sering menggoda pria yang sudah berkeluarga. Meski begitu, tak semua penyampaian Bu Tejo diterima begitu saja. Salah satunya, Yu Ning yang memperingatkan tidak baik menelan informasi mentah-mentah tanpa mengetahui fakta sesungguhnya. Walau sudah dapat peringatan, Bu Tejo tidak memperdulikan dan tetap gencar bergosip akan keburukan Dian. Bahkan, Bu Tejo dan Yu Ning sempat bersitegang dan adu mulut. 


Bu Tejo berdalih bahwa informasinya tersebut ia dapat di internet, “ Internet itu kan dibuat oleh orang pintar jadi gak mungkin salah”. Kata Bu Tejo membela diri. 


Sebelum mereka sampai di rumah sakit truknya tersebut distop polisi dan hampir mau ditilang. Pasalnya karena truk itu bukan angkutan untuk orang tapi angkutan barang. Namun the power of emak-emak mampu menggagalkan aksi polisi yang hendak mentilang. Ibu-ibu yang di truk terutama Bu Tejo semua berteriak, “Hati nuraninya dipake lah pak! Ini darurat loh. Kita ini mau pergi jenguk orang sakit (Tilik)”. Dengan bahasa jawanya.

Sesampainya di rumah sakit, mereka disambut oleh Dian dan Fikri, anak dari Bu Lurah. Namun, Bu Lurah belum bisa dijenguk karena masih dirawat di ICU. Sontak rombongan kecewa. Yu Ning meneteskan air mata dan menahan rasa malu. Sebab, dialah yang inisiatif mengajak ibu-ibu untuk menjenguk Bu Lurah. 


Akhirnya mereka balik dengan kecewa. Namun tawa rombongan ibu-ibu tersebut kembali rakah berkat Bu Tejo, yang mengusulkan untuk belanja di pasar. “Jadi orang itu mbok yo yang solutif” ungkap Bu Tejo dengan logat jawanya. Kalimat penutup Bu Tejo tersebut sempat ramaii di dunia Maya dengan dibuat meme-meme lucu.

Di akhir film ditampilkan scene, sosok Dian berada di dalam mobil bersama Pak Lurah yang merupakan ayah dari Fikri sekaligus suami dari Bu lurah. Ternyata Dian adalah sosok wanita simpanan Pak Lurah. Dengan kata lain sangkaan Bu Tejo bahwa Dian sedang menjalani hubungan dengan Fikri tidak benar.


Tilik merupakan film garapan ravacana Films bersama Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Film pendek tersebut sebenarnya telah diproduksi sejak 2018 silam. 
Tetapi, film Tilik baru diunggah ke YouTube dan tayang perdana pada Senin, 17 Agustus 2020, tepat perayaan HUT RI ke-75. Film ini disajikan dengan apik dan perbincangan menggunakan bahasa Jawa.


Hikmah dan Ulasan:

Film ini merupakan kritik sosial yang mengilustrasikan tentang keadaan masyarakat pada umumnya yang mudah termakan oleh kabar-kabar yang bertebaran di media-media televisi ataupun sosmed, sehingga sering menjadi korban dari hoax. 


Film ini juga menggambarkan ibu-ibu pada umumnya yang ketika berkumpul suka ngegosip. Namun film ini juga menggambarkan kebiasaan positif masyarakat lokal yang suka menjenguk tetangganya ketika ada yang sakit.


Hikmah yang bisa diambil adalah agar kita mudah mengambil kesimpulan dari sebuah berita yang belum jelas keberadaannya, dan jangan suka menggosip yang hal tersebut bukanlah kebiasaan yang baik dan bahkan hal itu kadang yang memicu retaknya hubungan antar tetangga.


Kita juga bisa mengambil pelajaran bahwa di zaman sekarang untuk memperbaiki moral masyarakat bisa  dengan menggunakan media kesukaan masyarakat, salah satunya perfilman, dengan menghadirkan konten-konten yang positif.

Memang sudah seharusnya setiap anak bangsa untuk berupaya memperbaiki moral bangsanya sesuai profesi dan keahliannya masing-masing.  Penulis dengan buku-buku nya, sutradara dengan film-filmnya yang mendidik, konten kreator dengan konten-konten positifnya, ulama dengan ilmunya.

Itu saja dari saya kurang lebihnya mohon maaf.

#odop
#review
#filmtilik
#filmcream

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku, Annimarie Schimmel dan Karya Binhad Nurrohmat

  Oleh: M Lutfi  Bermula dari baca-baca artikel tentang Annimare Schimmel, mulai dari kisah pertemuannya dengan Habib Quraisy Baharun (ki...