Tampilkan postingan dengan label Odop puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Odop puisi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 21 November 2020

Melodi Cinta

 

cerahnya pagi

bahagianya hati

baca puisi


alunan melodi menghibur telinga

asmara mekar semerbak menjalar

melilit tubuhku dan tubuhmu


hati berbunga 

dibutakan asmara

kita berdua


kita meliak-liuk

merayakan dua hati yang menyatu

sesekali meringkik

kadang meringkuk

kau menunjuk aku mengangguk


jalan ke taman

angin berembus kencang

bergandeng tangan


kau dan aku mencipta dunia baru

dalam angan kita seingin


Depok, 2020




Duri Kehidupan


Oleh: M. Lutfi


Keringat matahari membasahi

sekujur tubuh

Duri kehidupan menggores

ototku, ngilu dirasa

Aku masih berdiri tegak

Melukis jejak


Apa aku harus hibernasi?

Sekadar untuk mengisi nutrisi

Sekadar untuk mengobati otot nyeri


Kuputuskan untuk beranjak

Menyeret kaki yang hampir mati

Semua perih pun nanti  akan mati

Aku berlari penuh percaya diri


Depok, 20 Juli2020

MELUKISMU


Oleh: M. Lutfi


sudah sekian lama jari-jemariku menari

tak kunjung usai melukis rautmu yang begitu puitis. helai demi helai rambutmu mulai tergambar. 


aku tak sabar ingin segera merampungkan seni ini. tapi rasanya tak akan pernah usai, karena persepsiku tentangmu terus berkembang. ada berjuta-juta hal yang harus kuuraikan.


melukismu adalah perjalanan panjang. mungkin aku tak akan pernah bisa menyelesaikannya. hari demi hari rambutmu semakin lebat membuatku harus terus menambah tinta baru sekadar untuk melukisnya, lagi dan lagi.


Depok, 10-09-02-112020

Kamis, 19 November 2020

Restu Semesta


Oleh: M. Lutfi



Roda waktu terus bergulir menyisir segala

atmosfer ciptaaan kita

Kita sudah lama terbius dalam rasa

Kini digerus olehnya

Ditindis habis. Hancurlah paripurna yang telah kita ramu


Aku tak sepenuhnya menyalahkan waktu

Karena ia hanyalah kuda-kuda renta

Kitalah penunggangnya

Hanya saja, mungkin kita kurang pandai mengendalikannya


Aku juga tak mau menyalahkanmu

Kita sama-sama kurang dalam hal mensiasati


Biarlah waktu membentang semaunya

Kamu juga tak mengapa jika hendak mengikuti alur ke ujung waktu

Aku tak masalah menetap di sini


Aku masih punya sajak untuk menakar jarak

Aku masih punya iamaji untuk melawan sepi

Aku masih punya air mata untuk membasuh luka. Yang tak kupunya hanya restu semesta dan restumu. 


Depok, 06 November 2020

AKU WAKTU DAN KAU

 

aku dan waktu hendak berkunjung dan kau malah berpindah waktu

kau terlalu sibuk mencari waktu, sedangkan aku masih di waktu yang lalu


 ingin sekali kubawakan 'waktu' itu padamu

agar kau tak lagi bingung akan waktu


bagaimana bisa kau terbuai dengan banyak waktu, sedangkan aku masih terbui dalam satu waktu, yaitu waktu kau ada di situ


aku masih bingung, waktukah yang membawamu lari hingga kau menjadi jauh, atau kau yang sengaja menjauh dari waktuku


andai aku bisa mengendarai waktu akan aku kunjungi senyummu kala itu, kapan saja aku mau


18-11-2020

Selasa, 17 November 2020

Pusara Rindu


Oleh: M. Lutfi


Sore mencekam, debu-debu dihempaskan

Hanyut entah ke mana. Riah-riuh selokan mempermainkan berjuta-juta debu.

Ingin kuhanyutkan juga segala desah rindu.

Akan tetapi, aku terbawa deraian.

Terombang-ambing, terjebak dalam belenggu imaji. Entah ke mana aku hendak dilanting. Ruang imaji tiada bertepi. Gelombang rindu tak bisa diukur. Akankah aku tersungkur lebur. Aku bertahan seraya tadabur. Hujan sudah pasti reda. Angin akan berhenti jua. Debu-debu akan sampai ke tempat beradu. Dan aku 'tak tahu di manakah pusara rindu. Yang kutahu segenap rasa bermula darimu. Aku berharap kepadamulah  bermuara jua.


Depok, 01112020


Restu Semesta


Oleh: M. Lutfi



Roda waktu terus bergulir menyisir segala

atmosfer ciptaaan kita

Kita sudah lama terbius dalam rasa

Kini digerus olehnya

Ditindis habis. Hancurlah paripurna yang telah kita ramu


Aku tak sepenuhnya menyalahkan waktu

Karena ia hanyalah kuda-kuda renta

Kitalah penunggangnya

Hanya saja, mungkin kita kurang pandai mengendalikannya


Aku juga tak mau menyalahkanmu

Kita sama-sama kurang dalam hal mensiasati


Biarlah waktu membentang semaunya

Kamu juga tak mengapa jika hendak mengikuti alur ke ujung waktu

Aku tak masalah menetap di sini


Aku masih punya sajak untuk menakar jarak

Aku masih punya iamaji untuk melawan sepi

Aku masih punya air mata untuk membasuh luka. Yang tak kupunya hanya restu semesta dan restumu. 


Depok, 06 November 2020



Minggu, 15 November 2020

TENTANGMU


Oleh: Butiran Atom



1/

matamu adalah seorang ibu

rapi menyembunyikan air mata

seutas resah kaubasuh hingga luluh

kauutus seribu senyum kultus 

meletus-letus membuatku terbius


2/

hatimu adalah seorang ayah

tegar menghadapi musibah

debur-debar lara kaucecar

kaulerai jiwamu yang berkobar

membuatku bebas berselancar

hingga kuterkpar dalam buaimu



3/

bibirmu adalah ladang tebu

mencipta gula manis-madu

meski kau diserang rindu

senyummu tetap berkaldu

berkilau seakan tak ada galau. 

apalagi pilu


4/ 

ingin kubersedekah hati

agar perihmu tak menjadi parah

dan saat asmara melanda 

aku bisa ikut merasa

seia sekata adalah hal yang paling kudamba


5/ 

andai aku bukanlah ingin dalam anganmu

tetap saja kau adalah anganku yang mengangin menghembuskan segala ingin.

dalam hela napasku kau adalah paras yang tak butuhkan rias


Depok, 15-11-2020




SANGKARMU


OLEH: M. Lutfi


bibirmu bergetar mencipta syair

membuat hatiku berdebar berdebur


Aku tersihir

Kau sungguh mahir

mencipta petir

Menyambar-nyambar, membuatku terjungkir, terbujur dalam sangkarmu


Aku adalah musafir lapar

yang terdampar dalam altarmu


Aku berikrar bahwa tak akan mundur

Sekalipun, aku harus lebur dalam lumpurmu

Getar-getir kan kuusir 

Hingga  pada titik akhir aku dan kau membalur liur bersama


Depok, 15-11-2020

Jumat, 13 November 2020

Kenapa


Oleh: M. Lutfi


Luka dengan segala liku yang berkilo-kilo

Bertalu-talu dalam kalbu

Kapan kan berlalu segala pilu?


Palu yang tak tahu malu memukul-mukulku membuat ngilu

Ke pulau mana kuharus berteduh?

Rindu yang terus berlaju menantangku tuk selalu berseteru


Malam yang malang melintang mengajakku baradu malang

Siapa yang paling malang?

Malam yang kelabu atau aku yang kelu?


Pagi berseri-seri menawarkan seribu misteri tentang serba serbi, surau-surau suram, dan tentang maut yang magis

Siapa yang kan dipungut?

Siapa yang kan memungut?

Siapa yang terpaut dan siapa yang memaut?


Siang kering kerontang

Banyak yang terluntang-lantung

Ada yang mati tergantung

Ada yang menggunting-gunting

Bahkan, ada yang meraung-raung meriang


Menjelang sore binatang-binatang jalang lalu lalang mencari liang-liang kosong, jurang-jurang untuk menjerumuskan banyak orang



Menjelang kematian penuh penyesalan

Tentang penantian yang tak dinanti-nanti

Seribu sepi karena tak ada yang menghampiri

Seribu lara karena tak ada yang mencinta

Kenapa harus ada yang lupa pencipta, padahal dari-Nya cinta bermula, dan hanya kepadanyalah semua bermuara?


Kenapa?


Depok, 13-112020

Kamis, 12 November 2020

Kau Mau Apa


Oleh: M. Lutfi


Apa yang kau kejar?

Ikan-ikan pandai berenang

Kau takkan menang


Apa yang kau cari?

Merpati yang begitu gigih?

Kau pasti menepi dan dia takkan berhenti


Kau berharap kualitas?

Inginmu kan retas

Ingat, anganmu tak terbatas


Kau mau cinta?

Pecinta atau yang dicinta?

Dua-duanya selalu bara

Apa kau siap lara?


Sudahlah tak usah banyak berharap

Atau berharaplah luka yang tak membuat lara. Atau jadilah sampah. Rebah di mana saja tanpa resah. Atau jadilah perindu yang tak harapkan temu


Kau mau jadi apa?

Mau semuanya atau tak mau apa-apa?

Mana yang lebih utama?

Yang utama atau yang membuat bahagia?

Pilih salah satunya!


Sudahlah kamu luar biasa dengan menjadi biasa.


Depok, 12-11-2020

Selasa, 10 November 2020

Umur


Oleh: M. Lutfi

Untuk: Teman


Setapak demi setapak untuk menuju puncak

Jantung berdetak, kaki bergerak

Bertindak demi sebuah jejak


Demi cita yang mengawan

Doa-doa dilangitkan

Berharap pada Tuhan


Kuhitung umur dengan kedip mata

kuukur langkah dengan bibir rekah

Dan kini, aku merayakan ultah

Semoga tambah barokah 


Lautan masih terhampar

Masih banyak yang harus kukejar

Ombak masih menderu

Sejuta pilu 'kan berlalu

Jalanan kian membentang

Aku harus tetap berjuang


Depok, 09-11-2020

Minggu, 08 November 2020

Maut


Misteri yang menghantui

Kepastian tak terpungkiri

Siapa saja bisa terseret

Bahwa yang bernyawa 'kan terjerat


Bumi selalu berteriak

Ia tak mau hanya diinjak

Berhasrat untuk mendekap

yang berderap di punggungnya


Tak ada kaki kokoh 

Semua akan roboh

Kita yang tengah gigil pun akan di panggil

Mereka yang tengah angkuh juga akan jatuh


Mangga Bolong, 08112020


#odoppuisi

Sabtu, 07 November 2020

Tak Pernah Sepi


Burung-burung terbang tanpa beban

Hinggap ke mana saja yang dimau

Pohon-pohon selalu menyambutnya


Jalanan tak pernah sepi dari kendaraan

Ia sudah menjadi kesatuan yang tak terpisahkan


Andai kamu tak pergi, pasti hati ini masih tetap ramai dengan ceria

Sekarang sih, masih ramai. Hanya saja, dengan rasa yang berbeda


Dulu hatiku penuh kebahagiaan

Sekarang hatiku sesak dengan kerinduan

Hatiku tak pernah sepi,  kamu pergi membawa rasa, dan meninggalkan sisa: berupa duka


Depok, 3 Juni 2020

Rabu, 04 November 2020

KUHARAP KELAK


Oleh: M. Lutfi

kelak jika aku sudah tertutup kabut

dan kau tak bisa melihatku lagi

bawakan aku seungguk aksara

taburi aku secawan metafora

kuharap aksara tumbuh sejuta kata

kuharap metafora berbuah seuntai kata yang kaya akan makna. dan yang paling aku harapkan puisi lahir darinya. aku hidup bersamanya dan aku ingin selalu ada di dekatnya.


Depok, 04 November 2020

#odoppuisi

Senin, 02 November 2020

Pusara Rindu


Oleh: M. Lutfi


Sore mencekam, debu-debu dihempaskan

Hanyut entah ke mana. Riah-riuh selokan mempermainkan berjuta-juta debu

Ingin kuhanyutkan juga segala desah rindu


Akan tetapi, aku terbawa deraian

Terombang-ambing terjebak dalam belenggu imaji. Entah ke mana aku hendak dilanting

Ruang imaji tiada bertepi. Gelombang rindu tak bisa diukur. Akankah aku tersungkur lebur

Aku bertahan seraya tadabbur. Hujan sudah pasti reda. Angin akan berhenti jua. Debu-debu akan sampai ke tempat beradu. Dan aku 'tak tahu di manakah pusara rindu. Yang kutahu segenap rasa bermula darimu. Aku berharap kepadamulah  bermuara jua.


Depok, 01112020

#odop

#puisi


Jumat, 30 Oktober 2020

PEMUDA PEJUANG


dengan tangan mengepal

dengan jantung berdebar kekal

ia berlari tanpa bimbang

otaknya cemerlang 

pemuda penuh jiwa juang


urusan sosial 'takkan dibiarkan lepas dari kilatan mata

urusan politik 'takkan membutakan hati

kesejahteraan adalah cita-cita suci

begitulah pemuda sejati

berjuang sepenuh hati


derita rakyat adalah air mata

kemiskinan adalah musuh nyata

ketidakadilan adalah duri jemawa

pemuda harus selalu ada


darah merah mengalir segar

otot-otot masih kekar. bukan untuk bertengkar tapi untuk menyesar munkar

agar sang lalim menjadi pudar


diam saat mencekam 'kan jadi redam padam

'tak perlu kau bawa sajam cukup kalam

tapa saat angkara meraja adalah alpa

'tak perlu beradu pandai cukup kaki bergerak, tangan menegak dan mulut memekik. agar keadilan tegak


Depok, 29 Oktober 2020


#odoppuisi

#pemudapejuang











Kamis, 29 Oktober 2020

Ingin Berlari


Laut menderu. Langit bergemuruh

Orang-orang berlarian, mencari tempat berteduh. Semut hitam berkejaran mencari perlindungan


Aku tak kuasa mengusir kumuh

Badanku lemas, terkulai lusuh


Membayangkannya saja aku tak mampu

Apalagi disuruh menunggu

Kalau bisa berlari aku mau menjauh dari keadaan in, tapi ke mana?


Ah, sudahlah


~Depok, 30 Mei 2020

#odopuisi


Selasa, 27 Oktober 2020

Malam Dingin


Malam ini dingin sekali

Angin menusuk-nusuk kulitku,

hingga ke pori-pori


Aku ingin berteriak

tapi tenggorokanku tersumbat

oleh bayangmu


Desahan napasku 

nyaris tak terdengar

Karena, respirasiku 

terganggu oleh rasa rindu


~Depok, 11 Juni 2020/ 19 Syawal 1441


#odoppuisi

#puisi

Senin, 26 Oktober 2020

Sisipkan Namaku


Oleh: M. Lutfi


Aku mungkin bisa berlari, menjauh darimu

Aku mungkin bisa menutup mata agar tidak bisa melihatmu

Tapi, untuk lolos dari bayangmu,

sampai saat ini aku belum mampu.

Bukan aku  tak mau menghindar,

tapi bayangmu terlalu cepat menyambar


Mungkin aku kuat bertahan dari jarak

Tapi dari hati yang retak, aku tak bisa berbuat apa-apa


Jika kamu tak mau diajak bersama

Aku mohon, sisipkan namaku dalam doamu

agar aku mampu melupa


~Depok, 30 Mei 2020





Aku, Annimarie Schimmel dan Karya Binhad Nurrohmat

  Oleh: M Lutfi  Bermula dari baca-baca artikel tentang Annimare Schimmel, mulai dari kisah pertemuannya dengan Habib Quraisy Baharun (ki...