Senin, 14 September 2020

Melek Literasi


 

Seberapa besar sih minat baca orang Indonesia? 

 
Masyarakat Indonesia tergolong dalam masyarakat yang sangat rendah sekali minat bacanya. Itu artinya ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap literasi patut dipertanyakan. Sangat ironis. Rasanya sangat tidak mungkin suatu bangsa bisa maju jika mereka menjauh dari pengetahuan. Membaca adalah salah satu syarat penting untuk bisa menggali pengetahuan. 

Menurut keterangan yang saya baca di Konde.co disebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca!. Sangat jauh dari batas maksimum. 

Riset yang bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked, dilakukan oleh Central Connecticut State University, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Padahal, kalau dilihat di pameran-pameran buku, selalu ramai dikunjungi oleh banyak anak yang antusias membaca. 

Presiden keenam kita bapak SBY pernah berkata “Reading society advance society”. Artinya: "Masyarakat membaca adalah masyarakat maju, atau jika dibalik, masyarakat maju adalah masyarakat membaca." 
Quote ini saya baca di iPusnas tapi lupa nama bukunya. Nah, bagaimana kita mau maju jika kita belum akrab dengan buku-buku. 

Pantas saja jika masyarakat kita sangat mudah termakan oleh hoax. Terkadang, hanya bermodal membaca judul dari sebuahi artikel tanpa membaca isinya masyarakat kita sudah komen macam-macam. Sehingga masyarakat begitu mudah disulut kemarahannya. Hal itu salah satu penyebab kegaduhan di negara kita.

Banyak sekali dampak negatif dari tidak dari minat membaca yang rendah. Di antaranya. 

1. Berpengetahuan rendah 
    Minimnya pengetahuan kerap kali akan membuat seseorang berpikiran dangkal dan cenderung mengomentari soal-soal yang tidak ia pahami. Hal itu yang akan membuat kita menjadi orang ngototan. 

2. Sulit untuk bisa toleransi 
     Perbedaan pendapat dalam segala hal adalah keniscayaan yang sudah seharusnya kita terima. Ketidaktahuan kita terhadap dalil atau alasan-alasan pemikiran orang lain sering kali membuat kita mudah men-judge orang lain. 

3. Sedikit wawasan 
    Minimnya wawasan akan membuat kita tidak bijak dalam memutuskan persoalan, cenderung gegebah dan malas berpikir panjang. Hal itu sangat berbahaya. Bukan menyelesaikan masalah, malah akan memperkeruh persoalan. 

"Buku adalah jendela dunia." 
Mungkin kita sudah sering mendengar kata-kata tersebut. Namu, sudah sejauh mana kita memahami kata tersebut, dan mengimplementasikan dalam kehidupan kita. Maksudnya jika kita banyak membaca buku, (ingat membaca ya bukan mengkoleksi) kita akan banyak mengetahui tentang pemikiran para pemikir dan pendahulu-pendahulu kita, kita akan mengetahui peninggalan sejarah. Dan kita akan mengenal banyak nama-nama orang yang tercatat sejarah, tidak menutup kemungkinan nantinya kita akan dicatat sejarah kalau kita terus membaca dan terus memupuk minat baca kita. 

 Karena membaca akan menambah pengetahuan dan wawasan kita maka kita akan bisa melihat dunia bukan hanya dengan satu sudut pandang. Terlalu naif jika dunia yang beranekaragam hanya dipandang dengan sudut pandang yang sempit. Membaca adalah salah satu cara mengintip dunia dari lembaran-lembaran kertas. 
 
Berikut faktor-faktor yang berpengaruh terhadap minat baca.

 1. Lingkungan keluarga 
     Hidup di keluarga yang tidak cinta akan literasi akan mempengaruhi terhadap minat baca kita. 

2. Lingkungan masyarakat 
    Seringkali lingkungan kita menciptakan pola pikir dan kebiasaan kita. Begitu banyak kebiasaan kita dipengaruhi oleh masyarakat sekitar kita. Itulah yang kita sebut teradisi. Banyak anggapan umum masyarakat yang tidak bisa kita benarkan. Salah satunya pemikiran yang bertendensi kepada hedonistik, hipokris dan apatis terhadap lingkungan. Begitu juga anggapan sebelah mata terhadap literasi tidak boleh kita benarkan. Jangan sampai kita tidak mau membaca dengan alasan bukan tradisi masyarakat kita. 

 3. Kurang motivasi 
     Penting sekali bagi kita untuk merawat motivasi kita terhadap dunia literasi. Baik itu motivasi yang bersifat internal (berasal dari dalam diri kita) ataupun motivasi yang bersifat eksternal (berasal dari luar diri). Nah, bergabung di komunitas penggiat literasi merupakan salah satu cara memupuk motivasi. 

4. Sarana yang minim 
     Kesejahteraan sosial masih belum dirasakan oleh seluruh masyarakat kita. Ketimpangan sosial masih sangat tinggi. Artinya amanat konstitusi untuk  merawat fakir miskin belum sepenuhnya direalisasikan oleh para pemimpin kita, yang mana hal itu mengakibatkan kepada tidak terlaksananya pesan konstitusi yang selanjutnya yaitu mencerdaskan segenap anak bangsa. 

Kemiskinan sosial acap kali berdampak kepada kemiskinan intelektual. Masih banyak masyarakat kita yang bukan hanya tidak sanggup kuliah, tapi untuk sekadar beli buku aja tidak bisa.

#one day one post

41 komentar:

  1. Bener sekali kak... Karena membaca adalah jendela ilmu...

    BalasHapus
  2. sedih sih ya Kak :( apalagi kalo nemu berita yg judulnya clickbait, tapi yg disimak ya cuma itu aja, judulnya :((

    BalasHapus
  3. Budaya baca orang indonesia semoga meningkat selama pandemi ini. Karena baca bisa jadi alternatif kegiatan asyik selama di rumah. Seandainya semua orang tau..

    BalasHapus
  4. Perlu dorongan dari pendidik dan orang tua juga iya ga si? Untuk yang belum suka baca, sodorkan bacaan ringan seperti cerpen, puisi dan novel yang sekitar 100an halaman. InsyaaAllah ketagihan dah tuh wkwkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul kak, memang perlu dorongan dari lingkungan

      Hapus
  5. Makanya ikut ODOP. Biar termotivasi untuk membaca. Ketika kita menulis, otomatis kita juga membaca. Berliterasi. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik, itu kalau sepupu sy bilang.

    BalasHapus
  6. "Kemiskinan sosial acap kali berdampak kepada kemiskinan intelektual" menarik sih kalau dibahas lebih lanjut~

    BalasHapus
  7. "Kemiskinan sosial acap kali berdampak kepada kemiskinan intelektual" menarik sih kalau dibahas lebih lanjut~

    BalasHapus
  8. Kecanggihan mesin pencari juga membuat budaya membaca semakin terkikis. Alih-alih membaca buku materi, peserta didik sekarang lebih suka mencari jawaban lewat google

    BalasHapus
  9. Informasi tentang literasi yang luar biasa. Minat baca dan literasi masih menjadi PR besar untuk negara kita.

    BalasHapus
  10. beruntung bertemu ODOP yang bisa mengembangkan dunia literasi kita, mudah-mudahan jadi agen perubah di masyarakat

    BalasHapus
  11. Setuju banget, Kak..
    Gak tahu kenapa ya orang Indonesia ini, gak mau baca artikel secara lengkap lalu melakukan cross check untuk lihat artikel itu benar adanya atau tidak..

    BalasHapus
  12. Ini yang membuat hoaks mudah menyebar. Kemampuan literasi yang , ah begitulah.... :)

    BalasHapus
  13. saya setuju, kurang edukasi bisa menjadi salah satu faktor penyebabnya, bahkan saya pernah baca artikel yang menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia pada malas baca tapi pada cerewet di medsos, alhasil berita yg ga valid cepat menyebar 😁

    BalasHapus
  14. Yah, cukup mengkhawatirkan makanya sekarang mulai banyak lembaga/komunitas yang mengkampanyekan pentingnya melek literasi (ODOP) salahsatunya πŸ‘

    BalasHapus
  15. Waktu SD dulu kita ke perpus kalau disuruh saja. Guru kurang mengenalkan buku bacaan ke siswa. Penjaga perpusnya galak banget. Tapi sayangnya gak berjalan lama. Sampai bukunya dimakan rayap pun aku baca.

    BalasHapus
  16. Ya dah... Apalagi sekarang itu semuanya canggih tapi sayang nya ndak di pakai untuk yang positif malahan mereka banyak waktu untuk buang-buang waktu kak hehe..

    BalasHapus
  17. Setuju sekali dengan tulisan Kakak. Entah mau jadi negara yang seperti apa bila masyarakatnya masih berminat baca rendah. Miris sekali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga aja kak. Komunitas-komunitas literasi tambah banyak peminatnya

      Hapus
  18. Memang sedih negri yang bahkan tongkat kayu dan batu jadi tanaman ini memiliki peringkat minat baca yang sangat rendah sekali. sebuah blunder besar, dan tugas kita memperbaikinya. mari melek literasi.

    BalasHapus
    Balasan

    1. Iya kak, semoga komunitas-komutisa penggiat literasi tambah maju

      Hapus
  19. Hmmm, relate banget. Masyarakat kita, terutama warganet, cepet banget bereaksi terhadap sesuatu yang beredar di internet tanpa memahami dulu. Misal melihat sebuah berita, lihat judulnya aja tanpa baca dulu isinya langsung aja komentar, dishare pula.

    BalasHapus
  20. sebenarnya ya berusaha membaca tetapi kadang kala gak sabar pingin ending nya saja ...

    BalasHapus
    Balasan

    1. Hehhe, kadang malas memang juga saya kak. Tapi tetap tak paksain, pokoknya usahakan beli buku harus Khatam

      Hapus
  21. Ini bacanya plus ngaca diri juga kak. Jangan sampai gak melek sama literasi... keren kak postingannya. 😊

    BalasHapus
  22. mantap kak. bener sih ini, orang Indonesia susah banget buat baca. saran kak, tulisan ini bakal lebih bagus kalo kakak nyampein saran kakak juga buat memperbaiki kualitas literasi di Indonesia, kayaknya tulisannya nanti bakal makin joshh

    BalasHapus

Aku, Annimarie Schimmel dan Karya Binhad Nurrohmat

  Oleh: M Lutfi  Bermula dari baca-baca artikel tentang Annimare Schimmel, mulai dari kisah pertemuannya dengan Habib Quraisy Baharun (ki...