Rabu, 17 Februari 2021

Kini Saat Pandemi

Oleh M Lutfi

Kini saat pandemi tak kudapati lagi bunyi kursi-kursi kelas berderit memecah sunyi; tak bisa lagi aku sahut menyahut  berbalas tawa di sela-sela belajar bersama teman-teman


Kini saat pandemi semua menjadi serba sunyi

Masjid-masjid mulai sepi,

Sekolah-sekolah tak boleh dibuat tempat belajar lagi

Tapi pasar masih ramai,

Para elit juga makin gencar memasarkan kata-kata


Sekarang aku hanya punya rindu yang terus berkecamuk meramaikan kalbu.

Seperti kata Candra Malik dalam puisinya,

"Di dalam rindu, bukan tak ada ragu.

Yang kau rasa sepi, sungguhnya ramai."


Ya, kini aku benar-benar ragu, kuatkah aku?

Di masa pandemi menahan sepi

Yang entah kapan wabah ini berhenti; pejabat saja tak mengerti


Kini aku benar-benar berkawan sepi

Bisa mampus aku dikoyak-koyak


Depok, 16 Februari 2021


Minggu, 31 Januari 2021

Aku Tak Bisa Berkata Jujur

Oleh: M Lutfi

Aku tak pernah bisa jujur tentang kata-kata cintaku

“Kau adalah mawar di hatiku” contoh ketidakjujuranku

“Cintaku padamu bak lautan” ketidakjujuran yang sering kuulang

Bagaimana mungkin kata-kata bisa mewakili rasa

Jika ia masih butuh titik dan koma

Cintaku tak mungkin bisa digambarkan

Apalagi dihentikan


Aku ingin berkata jujur

Tapi tentang perasaanku padamu

Bagaimana cara kuungkap

Jika cinta tak bisa dibahasakan


Aku ingin berkata sedikit saja

Bukan saat cintaku bara

Tapi ketika kau butuh jawab dari tanyamu 


Aku ingin diam saja

Tapi khawatir kau tak paham

Bahasa diamku


Pesanku...

Jika suatu saat aku hanya diam 

Berarti aku sedang berkata-kata

Kau tak perlu menjawabnya

Tidak usah juga kau ikut diam 

Cukup kau genggam tanganku


Aku akan berhenti berkata soal cinta

Saat aku sudah menjadi kata-kata terakhirmu


Depok, 22 Januari 2021

Rabu, 30 Desember 2020

Terkabulnya Doa Daun


Oleh: M. Lutfi


Di malam yang sunyi

Ranting-ranting pohon merunduk kesepian; kedinginan

Beberapa daun jatuh: doanya terkabulkan

Dengan lekas bumi memangkunya; mendekapnya

Daun-daun yang sudah rebah tersenyum membuat iri dedaunan yang masih gigil mendekap sepi pada ranting-ranting


Depok, 30 Desember 2020


Sabtu, 21 November 2020

Melodi Cinta

 

cerahnya pagi

bahagianya hati

baca puisi


alunan melodi menghibur telinga

asmara mekar semerbak menjalar

melilit tubuhku dan tubuhmu


hati berbunga 

dibutakan asmara

kita berdua


kita meliak-liuk

merayakan dua hati yang menyatu

sesekali meringkik

kadang meringkuk

kau menunjuk aku mengangguk


jalan ke taman

angin berembus kencang

bergandeng tangan


kau dan aku mencipta dunia baru

dalam angan kita seingin


Depok, 2020




Duri Kehidupan


Oleh: M. Lutfi


Keringat matahari membasahi

sekujur tubuh

Duri kehidupan menggores

ototku, ngilu dirasa

Aku masih berdiri tegak

Melukis jejak


Apa aku harus hibernasi?

Sekadar untuk mengisi nutrisi

Sekadar untuk mengobati otot nyeri


Kuputuskan untuk beranjak

Menyeret kaki yang hampir mati

Semua perih pun nanti  akan mati

Aku berlari penuh percaya diri


Depok, 20 Juli2020

MELUKISMU


Oleh: M. Lutfi


sudah sekian lama jari-jemariku menari

tak kunjung usai melukis rautmu yang begitu puitis. helai demi helai rambutmu mulai tergambar. 


aku tak sabar ingin segera merampungkan seni ini. tapi rasanya tak akan pernah usai, karena persepsiku tentangmu terus berkembang. ada berjuta-juta hal yang harus kuuraikan.


melukismu adalah perjalanan panjang. mungkin aku tak akan pernah bisa menyelesaikannya. hari demi hari rambutmu semakin lebat membuatku harus terus menambah tinta baru sekadar untuk melukisnya, lagi dan lagi.


Depok, 10-09-02-112020

Kamis, 19 November 2020

Restu Semesta


Oleh: M. Lutfi



Roda waktu terus bergulir menyisir segala

atmosfer ciptaaan kita

Kita sudah lama terbius dalam rasa

Kini digerus olehnya

Ditindis habis. Hancurlah paripurna yang telah kita ramu


Aku tak sepenuhnya menyalahkan waktu

Karena ia hanyalah kuda-kuda renta

Kitalah penunggangnya

Hanya saja, mungkin kita kurang pandai mengendalikannya


Aku juga tak mau menyalahkanmu

Kita sama-sama kurang dalam hal mensiasati


Biarlah waktu membentang semaunya

Kamu juga tak mengapa jika hendak mengikuti alur ke ujung waktu

Aku tak masalah menetap di sini


Aku masih punya sajak untuk menakar jarak

Aku masih punya iamaji untuk melawan sepi

Aku masih punya air mata untuk membasuh luka. Yang tak kupunya hanya restu semesta dan restumu. 


Depok, 06 November 2020

Aku, Annimarie Schimmel dan Karya Binhad Nurrohmat

  Oleh: M Lutfi  Bermula dari baca-baca artikel tentang Annimare Schimmel, mulai dari kisah pertemuannya dengan Habib Quraisy Baharun (ki...