Rabu, 28 Oktober 2020

Jangan Menolak


Pernah gak sih, kamu berusaha tersenyum

tapi hanya rasa pahit yang kamu rasa di bibirmu


Atau, kamu berusaha menahan air mata agar  pipimu tidak basah

tapi malah seluruh tubuhmu kuyup oleh rasa resah


Itu artinya ada hal yang terkadang memang tidak bisa kita kontrol. Saat itu kita hanya bisa mengikuti alurnya


Maka saat masa itu tiba, kita harus nurut, dan jangan coba melawan


Saat diri kita hendak menangis, maka jangan coba untuk menolak. Karena itu cuma akan menambah banyak air mata yang tumpah. bahkan senyuman takkan bisa mengubah rasa yang ada


~Depok, 8 Juni 2020


#odopmotivasi

Selasa, 27 Oktober 2020

Malam Dingin


Malam ini dingin sekali

Angin menusuk-nusuk kulitku,

hingga ke pori-pori


Aku ingin berteriak

tapi tenggorokanku tersumbat

oleh bayangmu


Desahan napasku 

nyaris tak terdengar

Karena, respirasiku 

terganggu oleh rasa rindu


~Depok, 11 Juni 2020/ 19 Syawal 1441


#odoppuisi

#puisi

Senin, 26 Oktober 2020

Sisipkan Namaku


Oleh: M. Lutfi


Aku mungkin bisa berlari, menjauh darimu

Aku mungkin bisa menutup mata agar tidak bisa melihatmu

Tapi, untuk lolos dari bayangmu,

sampai saat ini aku belum mampu.

Bukan aku  tak mau menghindar,

tapi bayangmu terlalu cepat menyambar


Mungkin aku kuat bertahan dari jarak

Tapi dari hati yang retak, aku tak bisa berbuat apa-apa


Jika kamu tak mau diajak bersama

Aku mohon, sisipkan namaku dalam doamu

agar aku mampu melupa


~Depok, 30 Mei 2020





Minggu, 25 Oktober 2020

Bahagia Dalam Jeda (Ulasan Singkat)

 Salah satu buku yang pernah aku khatamin buku yang berjudul Bahagia Dala Jeda. Menurutku buku ini sangat menarik. Intinya buku ini mengajarkan kita untuk bahagia.


Kita diajak untuk merenungkan kembali tentang hidup kita. Sudahkah kita bahagia? Dalam buku ini juga diajarkan bagaimana kita hidup agar tidak kesusu. Sangat bertolak belakang dengan kebiasaan banyak orang.


Aku yang sangat menyukai tulisan-tulisan genre motivasi tentu sangat bahagia sekali bisa memiliki buku ini. Banyak sih kata-kata menarik di dalamnya. Tapi sudah lupa aku. Karena sudah hampir satu tahun yang lalu aku membacanya. Untungnya masih ada disebagian yang sempat aku catat di Note.

Salah satunya tulisan berikut.




Kegagalan kita dalam berbahagia adalah karena kita terus-menerus mencarinya. Kita mencari kebahagiaan di banyak tempat, di banyak makanan di banyak hubungan, di banyak ilmu, di banyak permainan, di banyak orang, di banyak benda, tapi lupa menyadari bahwa kebahagiaan ada di dalam diri sendiri. Ketika mencari, kita memfokuskan segala upaya kepada hal-hal di luar kita, Namun, dalam menyadari, kita menyelami diri kita sendiri.

~Bahagia Dalam Jeda


Kutipan tulisan dari buku Bahagia Dalam Jeda ini sangat aku suka. Karena aku sudah lama ternyata memiliki prinsip seperti itu. Bahkan aku juga memiliki quota entah kapan aku menulisnya yang ternyata subtansinya kurang lebihnya sama dengan kutipan dari buku tersebut. Di postingan sebelum ini sudah pernah aku post.


Kutipan di bawah ini juga merupakan salah satu yang aku suka.


Kini aku tidak merasakan angin sebagai angin, aku mulai menghitung kecepatannya.

Kini aku tidak mencium aroma bunga sebagai aroma bunga, aku mulai menganalisis kandungannya.

Kini aku tidak melihat senyummu sebagai senyum. Namun, mulai menerka-nerka maksud di balik senyummu

~Bahagia Dalam Jeda



Gimana keren kan🙂 kusarankan kalian cari bukunya deh. Hehhe


#ReviewBuku

#BahagiaDalamJeda

#odop

Sabtu, 24 Oktober 2020

Kisah Kasih

 


Selamat malam kasih

Bagaimana tentang kisah-kisah kita

Waktu yang rentang panjang

Namun, tak mampu membuat hilang 

semua tentangmu, mungkin juga tentangku 


Alhamdulillah aku tak resah

Karena kabarnya kamu sudah menemukan kisah baru


Aku belum mampu memilih kasih

Karena aku masih terjebak dalam kisah

yang kujalani sendiri dengan pasrah


Setidaknya meski aku risih akanku

Aku sudah tidak resah akanmu




21 September 2020


#odop

#puisi



Jumat, 23 Oktober 2020

Akibat Covid 19

 


Dampak dari Covid 19 yang sudah mewabah, bahkan sudah ditetapkan sebagai  Pandemi oleh WHO (Wabah yang bersekala Internasional) dari sejak 01 Desember 2019 lalu, kini Pandemi ini bukan hanya menyerang sistem kesehatan, namun juga sangat berdampak pada sosial dan perekonomian sebuah negara. Berbagai negara sudah mengumumkan resisi bahasa gampangnya darurat ekonomi, yaitu menurunnya kegiatan dagang/ industri yang bahkan mendekati stagnan. Meskipun di Indonesia para pejabatnya malu-malu untuk mengumumkan resesi, sehingga status ekonomi di Indonesia masih diperdebatkan apakah sudah masuk dalam jurang resesi atau belum. Namun pukulan ekonomi yang disebabkan oleh pendemi Covid 19 ini sudah sangat berasa sekali.


 Para pengelola korporasi-korporasi besar pun ikut merasa terpukul, apalagi para UMKM. Petani, pedagang, penjual cendol,  nasib mereka sangat mengkhawatirkan. Sebagain masyarakat ada yang mengandalkan sisa-sisa uang tabungan mereka untuk tetap bisa survive di masa Pandemi ini. Bahkan ada yang hanya menanti-nanti adanya relawan sosial mengirimkan bingkisan yang berisi sekarung beras untuk mereka masak. Bantuan Sosial (Bansos) dari negara pun tidak menyentuh seluruh perut masyarakat. Entah karena manajemennya yang kurang bagus atau memang tidak ada niatan dari para government untuk membantu seluruh rakyatnya.


Emak-emak, yang pada era sekarang namanya sering kali muncul di permukaan,  baik karena menjadi pendemo, relawan, atau tim sukses kampanye politik, yang suaranya sangat diperhitungkan oleh para calon pejabat turut merasa terpukul. Pada saat ini, tentunya kalangan  emak-emak tersebut sangat khawatir, bahkan lebih cemas dari sekadar kalahnya para calon yang mereka dukung dalam kontestasi politik. Bukan hanya khawatir pada dirinya tapi juga terhadap nasib anak-anaknya.


Apalagi di era sekarang, anak-anak sekolah dituntut untuk bisa belajar secara daring. Jadi, mau tidak mau emak-emak sebagai orang tua juga harus turut memikirkan Kouta internet anaknya. Agar bisa tetap mengikuti pembelajaran online.





#OneDayOnePost

#ODOP

#ODOPBatch8

#TantanganPekan7

#Day46 






Kamis, 22 Oktober 2020

MATA MALAM



mata malam masih binar

mataku jua masih bersinar

bagaimana dengan matamu?

apakah masih betah menatap kenangan?

atau sudah tiada sisa, yang menetap di matamu? tidak apa-apa aku masih sanggup meratap


bukan aku pilu. hanya sekadar rindu


kelak jika kau sudah sadar

dan ternyata aku telah bersadur tanah

berziarahlah!

akan kau temukan jejak-jejak malamku,

berisi sajak-sajak, atau hanya sekadar isak

semua itu kupersembahkan  untukmu



Depok, 21 September 2020

#puisi

#matamalam



Aku, Annimarie Schimmel dan Karya Binhad Nurrohmat

  Oleh: M Lutfi  Bermula dari baca-baca artikel tentang Annimare Schimmel, mulai dari kisah pertemuannya dengan Habib Quraisy Baharun (ki...