Jumat, 13 November 2020

Kenapa


Oleh: M. Lutfi


Luka dengan segala liku yang berkilo-kilo

Bertalu-talu dalam kalbu

Kapan kan berlalu segala pilu?


Palu yang tak tahu malu memukul-mukulku membuat ngilu

Ke pulau mana kuharus berteduh?

Rindu yang terus berlaju menantangku tuk selalu berseteru


Malam yang malang melintang mengajakku baradu malang

Siapa yang paling malang?

Malam yang kelabu atau aku yang kelu?


Pagi berseri-seri menawarkan seribu misteri tentang serba serbi, surau-surau suram, dan tentang maut yang magis

Siapa yang kan dipungut?

Siapa yang kan memungut?

Siapa yang terpaut dan siapa yang memaut?


Siang kering kerontang

Banyak yang terluntang-lantung

Ada yang mati tergantung

Ada yang menggunting-gunting

Bahkan, ada yang meraung-raung meriang


Menjelang sore binatang-binatang jalang lalu lalang mencari liang-liang kosong, jurang-jurang untuk menjerumuskan banyak orang



Menjelang kematian penuh penyesalan

Tentang penantian yang tak dinanti-nanti

Seribu sepi karena tak ada yang menghampiri

Seribu lara karena tak ada yang mencinta

Kenapa harus ada yang lupa pencipta, padahal dari-Nya cinta bermula, dan hanya kepadanyalah semua bermuara?


Kenapa?


Depok, 13-112020

Kamis, 12 November 2020

Kau Mau Apa


Oleh: M. Lutfi


Apa yang kau kejar?

Ikan-ikan pandai berenang

Kau takkan menang


Apa yang kau cari?

Merpati yang begitu gigih?

Kau pasti menepi dan dia takkan berhenti


Kau berharap kualitas?

Inginmu kan retas

Ingat, anganmu tak terbatas


Kau mau cinta?

Pecinta atau yang dicinta?

Dua-duanya selalu bara

Apa kau siap lara?


Sudahlah tak usah banyak berharap

Atau berharaplah luka yang tak membuat lara. Atau jadilah sampah. Rebah di mana saja tanpa resah. Atau jadilah perindu yang tak harapkan temu


Kau mau jadi apa?

Mau semuanya atau tak mau apa-apa?

Mana yang lebih utama?

Yang utama atau yang membuat bahagia?

Pilih salah satunya!


Sudahlah kamu luar biasa dengan menjadi biasa.


Depok, 12-11-2020

Rabu, 11 November 2020

Hari Jomlo Sedunia

Hari ini adalah hari jomlo sedunia, semangat pada kalian yang masih menyandang gelar jomlo. Jomlo adalah pilihan bukan nasib, begitulah memek yang banyak tersebar hari ini. Dan kali ini aku bawakan Puisi Akrostik yang berjudul jomblo.

Jomblo 

Oleh: Butiran Atom


Jiwa-jiwa gersang kerontang

Omongan banyak orang tajam bak pedang

Mempermasalahkan pernikahan

Bahwa makhluk dicipta berpasangan.

Liat-liut kehidupan, kadang memilukan

O, jiwa berbahagialah dengan kesendirian


Depok, 11112020

Selasa, 10 November 2020

Catatan Grup KOPIP

 

Di grup KOPIP ( Komunitas Penikmat Puisi)

Sudah biasa saling berbalas kata-kata

Berikut sebagian catatanku saat beradu kata-kata.


[8/11 22:32] Butiran Atom:

 Tolong yang epik dong, Dinda


Kau tertawa ria

Dan aku tertimpa rawa


Apa kau sudah biasa tertawa atas derita?


Dinda, kapan-kapan jika kau hendak kembali

Belikan aku obat penawar rindu

Aku sudah tak mampu hidup dalam belenggu


Dan kelak jika kau hendak pergi untuk yang kedua kali, tolong matikan dulu hatiku agar aku tak merasakan apa-apa

[8/11 22:59] Butiran Atom: 

Kepada awan 

Aku butuh kawan


Kepada langit aku butuh wangsit


Kepada bumi aku butuh musim semi


Kepada lautan aku butuh garam

Agar tak hanya asin kenangan yang kurasakan


Kepadanya mantan aku butuh kamu karena air mata juga butuh jalan-jalan



Wkkw

[8/11 23:11] Butiran Atom: 

Kau ungkit kembali semua kisah-kisah kita

Tapi kau malah sibuk mencipta kisah dengan kasih barumu itu?


Tak adakah cara yang lebih elegan untuk membuatku menangis lirih


Tak bisakah kau diam-diam saja saat kau tengah  bahagia dengan si dia


Mengapa kau malah mengumbar berita tawamu

Dan kau abaikan laraku


[8/11 23:48] Butiran Atom: 

Jika pilu sudah menimpa

Tak perlu lagi kau tahan air mata


Hati tak pernah berdusta

Jangan pernah kau suruh merangkai kata-kata

Ia hanya pandai merasa


Napas pasti 'kan lepas

Tak ada yang merampas

Sejatinya kita memanglah ampas yang pasti retas


Senja tak 'kan mampu membendung lara

Jangan kau berharap padanya


Senja akan redup bahkan tekatup

Jika senja saja tak abadi

Kelam malam pun pasti mati


Siapa yang abadi?

[9/11 18:32] Butiran Atom: 

Maha Cinta


Derap-derap cinta-Mu terekam dalam hembusan napas ini

Malam ini kuhitung butir demi butir nikmat-Mu

Aku merindu dalam kesunyian yang menggebu


Aku berlayar menuju pulau indah-Mu

Namun aku terhalang oleh dosa-dosaku

Andai tanpa ampunan-Mu sudah pasti aku tenggelam


Aku tersenyum akan nikmat-Mu

Dan saat ini aku tengah tersenyum terhadap bibir rekahku sendiri

Karena di situlah, rahmat-Mu bersemayam

[10/11 22:01] Butiran Atom:


 Aku tak sedang merayumu, Dinda

Tak ada maksud sedikitpun untuk merayumu


Salahkah aku jika  kubisikan padamu

Segela desah tentang bayangmu yang selalu menghantui malamku?


Baiklah, jika dikau tak suka akan ketemani bayangmu di sini sampai ia benar-benar membawaku ke tempat yang ia mau


Dan kelak jika dikau tak lagi bisa melihatku

Jangan cari aku di sini

Tanya aja pada bayangmu

Ke mana ia telah membawaku.

Umur


Oleh: M. Lutfi

Untuk: Teman


Setapak demi setapak untuk menuju puncak

Jantung berdetak, kaki bergerak

Bertindak demi sebuah jejak


Demi cita yang mengawan

Doa-doa dilangitkan

Berharap pada Tuhan


Kuhitung umur dengan kedip mata

kuukur langkah dengan bibir rekah

Dan kini, aku merayakan ultah

Semoga tambah barokah 


Lautan masih terhampar

Masih banyak yang harus kukejar

Ombak masih menderu

Sejuta pilu 'kan berlalu

Jalanan kian membentang

Aku harus tetap berjuang


Depok, 09-11-2020

Minggu, 08 November 2020

Maut


Misteri yang menghantui

Kepastian tak terpungkiri

Siapa saja bisa terseret

Bahwa yang bernyawa 'kan terjerat


Bumi selalu berteriak

Ia tak mau hanya diinjak

Berhasrat untuk mendekap

yang berderap di punggungnya


Tak ada kaki kokoh 

Semua akan roboh

Kita yang tengah gigil pun akan di panggil

Mereka yang tengah angkuh juga akan jatuh


Mangga Bolong, 08112020


#odoppuisi

Sabtu, 07 November 2020

Tak Pernah Sepi


Burung-burung terbang tanpa beban

Hinggap ke mana saja yang dimau

Pohon-pohon selalu menyambutnya


Jalanan tak pernah sepi dari kendaraan

Ia sudah menjadi kesatuan yang tak terpisahkan


Andai kamu tak pergi, pasti hati ini masih tetap ramai dengan ceria

Sekarang sih, masih ramai. Hanya saja, dengan rasa yang berbeda


Dulu hatiku penuh kebahagiaan

Sekarang hatiku sesak dengan kerinduan

Hatiku tak pernah sepi,  kamu pergi membawa rasa, dan meninggalkan sisa: berupa duka


Depok, 3 Juni 2020

Aku, Annimarie Schimmel dan Karya Binhad Nurrohmat

  Oleh: M Lutfi  Bermula dari baca-baca artikel tentang Annimare Schimmel, mulai dari kisah pertemuannya dengan Habib Quraisy Baharun (ki...